Lihat ke Halaman Asli

Alex Palit

Jurnalis

Antara Hari Pahlawan dan "Setan Tertawa" God Bless

Diperbarui: 10 November 2017   04:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

God Bless (Foto Alex Palit)

Setiap tanggal 10 November, kita bangsa Indonesia memperingatinya sebagai Hari Pahlawan. Di mana pada tanggal ini kita untuk diingat bagaimana kisah heroik para pahlawan berjuang dengan segala pengorbanannya jiwa raga memerdekaan Indonesia dari belenggu penjaja.

Dalam realitas kehidupan hari ini, benarkah perjuangan dan pengorbanan jiwa raga para pahlawan itu kini terbuang percuma? Untuk menjawab itu, di sini saya sengaja copy paste tulisan saya di buku "God Bless and You: Rock Humanisme" (hal. 64).

Sebagai grup band beraliran rock, God Bless mencoba memaknai filosofi rock dari kacamata dan bahasa musisi. Meskipun pendefinisian istilah rock itu sendiri beragam, tetapi setidaknya God Bless memahami dan mengekspresikan filosofi atau spirit rock ini dalam bahasa musik (lagu) sebagai penjelmaan atas dasar pengalaman subyektifnya. 

Dalam perspektif budaya, spirit rock itu sendiri pada intinya terlahir sebagai bentuk perlawanan terhadap antikemapanan. Bahkan spirit rock bisa menjangkau lebih jauh lagi yaitu sebagai bentuk perlawanan atau protes sosial terhadap situasi politik sebagaimana dapat disimak pada cuplikan lirik lagu Setan Tertawa, album God Bless (1975);

Pahlawan berkata dengan air mata

Perjuanganku terbuang percuma

Keserakahan kini merajalela

Segala derita dimana-mana   

Spirit rock yang terlahir sebagai bentuk protes budaya terhadap antikemapanan, maupun hegemoni generasi tua yang dianggap sudah melakukan pengingkaran, penyelewengan, terhadap nilai-nilai luhur generasi '45 dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, juga tidak luput dari perhatian God Bless seperti tersirat di lagu "Setan Tertawa",ciptaan Donny Fattah dan Achmad Albar.

"Ketika God Bless merilis album perdana yang juga bertitel God Bless (1975), kala itu usia kita masih 20 tahunan. Belum kepala tiga," cerita Donny Fattah. "Sebagai generasi muda yang sedang tumbuh dalam pencarian identitas diri, kita dihadapkan kegamangan ketika melihat para pemimpin yang kala itu tidak lagi mencerminkan semangat '45," kata pembetot bas grup rock legendaris God Bless.

Mereka berpesta pora, sementara di mana-mana rakyat masih menderita. Lagu ini pada intinya bercerita tentang kesenjangan antara generasi muda dan generasi tua. Akhirnya kita tulis saja liriknya,  wahai tuan yang berwajah bijaksana ajari kami untuk berkarya, lanjut Donny Fattah. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline