Setelah mengisahkan bagaimana mendapat bea siswa itu [caption id="attachment_244293" align="alignleft" width="300" caption="google, Place Stanislas, tempat paling terkenal di Nancy FRANCE"][/caption] , maka Oktober 1986, saya berangkat ke jakarta bersama 4 mahasiswa lain. Kami harus kursus bahasa perancis di Menteng, di jalan Diponegoro, jakarta pusat, dan tempat kurus itu adalah rumah sewaan, dan ternyata kami disana sekitar 300 orang dari seluruh Indonesia. Kursusnya dari Senin sampai Jumat, dari jam 08 pagi sampai jam 5 sore, dan tenaga pengajarnya 70% adalah orang perancis, baik yang tinggal di Indonesia maupun yang didatangkan dari perancis. Salah satu pengajarnya adalah Yok Kuswoyo, kalau tidak salah namanya Michelle, dia tinggi dan hidungnya mancung banget. Ada juga tenaga pengajar indonesia dan umumnya dari sastera perancis universitas indonesia. Ada juga seorang mahasiswi perancis yang sangat cantik dan selalu menjadi incaran peserta kursus. Suasana kursus cukup membosankan dan melelahkan, tapi semua bersemangat karena ada kriteria kelulusan, kalau tidak lulus yah tidak berangkat. Jadi kami berjuang mati2an. Yang juga berat adalah diadakannya prajabatn untuk sekitar 30 an orang karena belum menjadi pegawai negeri, jadi setelah kursus jam 17:00, langsung ke senayan, dan prajabatan pegawai negeri dimulai dari pukul 19:00-22:00, wah mabok juga, terus yang dibahas pancasila melulu. Cukup membosankan karena suasananya sepetinya dipaksakan. Setelah 6 bulan, kami semua diuji dan ternyata 95% lulus, dan April 1987, kami semua kep perancis. Saya kebagian ke Nancy, kota kelima setelah Paris, Lyon, Marseille, dan Toulouse. Kota ini terletak di utara dan tidak jauh dari jerman. Di sana kami bergabung dengan negara2 dari amerika selatan, seperti CHili, Argentina, Brazil, dll. Pernah Amerika Latin bertanding bola melawan mahasiswa Indonesia, bukan saja kami kalah telah sekitar 5-0, tapi kiper kita juga tangannya patah karena menahan tembakan mahasiswa brazil, alahasil olahraga sangat memudahkan pergaulan dan..... mematahkan tangan. Musim panas, sekitar July 1987, saya main bola dan sangat kepanasan dan mencoba mandi air dingin saja, ternyata air dinginnya bertemperatur 17 oC, dan saya lari kekamar dengan bibir biru. Jangan coba2 mandi tanpa air panas. Salah satu hobby saya adalah membersihkan kamar asramaku sehingga pembantu (femme de menage) selalu memuji kamar saya yang bersih (tentu dia senang karena berkurang kerjanya). Tapi memang, disana semuanya bersih, coba saja anda mencari sebuah batu kalau ketemu dijalanan, paling sulit cari batu untuk melempar, tidak kayak kita kalau tawuran pasti ketemu batu untuk melempar, disana tidak ada. Waktu Mei 1968, mahasiswa se perancis demo besar2an karena kondisi kuliah yang buruk, mereka melempar pake paving blok, makanya paving blok ditiadakan, lemparan pun berakhir. Saya harus menghadap ke profesor di Grenoble musim panas untuk membicarakan program S2 ku, perginya masih enak, tapi kembalinya, minta ampun, kereta penuh sesak, sehingga saya harus berdiri 5 jam. Ini pengalaman buruk pertama. Anyway, kursus bahasa berakhir agustus 1987, dan saya ahrus pindahan kota dari Nancy ke Grenoble. Sampai nanti di Grenoble.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H