Lihat ke Halaman Asli

Puri, Cermin Kepicikan Kita

Diperbarui: 26 Juni 2015   19:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Mungkin, tanggapan yang paling heboh terhadap sebuah tulisan adalah cerita fiktif tentang Puri, dimana seorang perempuan yang mengidap kanker payu dara, menceritakan perjuangannya yang gigih yang akhirnya harus menyerah dalam kematian. Pembaca kemudian ikut larut dalam perjuangan itu dan kemudian telah menggugah rasa empati yang mendalam ke pembacanya, sehingga banyak yang berinisiatif untuk membuat Yayasan Puri dan menerbitkan buku perjuangannya. Belakangan diketahui bahwa cerita ini FIKSI belaka dan kemudian rasa empati itu berubah menjadi kemarahan. Kalau dipikir-pikir, yang perlu kita pertanyakan pertama-tama adalah siapa sebenarnya yang salah? Apakah Penulis Puri yang salah ataukah kita yang salah karena berpendapat bahwa hal tersebut FAKTA? Jika memang kita yang salah MENGIRA, yah sudah namanya kesalahan sendiri. Jika andaikan PENULIS PURI yang BOHONG, marilah kita mengambil hikmahnya saja. Pertama, kita sudah membaca sebuh perjuangan, dan yang namanya perjuangan pastilah ada hikmahnya. Kedua, kita belajar apa perjuangan dan perasaan yang mempunyai kanker payu dara. Ketiga (cuma guyon), yang namanya payudara, selalu asyik dibayangkan (bagi cowok). Maksudnya, mari mengambil sisi positifnya saja. Jika yayasan puri tercipta dan kemudian menyelamatkan banyak orang yang menderita kanker payudara, maka ini menjadi hal yang luarbiasa, karena bayangkan, yayasan lahir dair sebuah cerita FIKSI, dan karena kekuatan cerita dan narasinya, maka sebuah yayasan NYATA lahir dan menyelamatkan banyak orang. Justeru dengan ini, maka KOMPASIANA akan terkenal ke seluruh manca negara dan orang malah semakin tertarik untuk bergabung ke kompasiana. Saya yakin itu, Lebih2 jika bukunya diterbitkan dan hasilnya disumbangkan ke Yayasan Puri. Untuk mengevaluasi keadaan yang ada sekarang ini, apa? Yang tersisa hanyalah kemarahan, perasaan dibohongi, matinya Penulis Puri, matinya sosok Puri, Account yang diblokir, dan lain2. Padahal yang mesti kita lakukan hanyalah merubah sedikit cara berpikir kita dan mengubah cara memandang kita akan cerita FIKSI INI. Jangan2, perisitiwa ini justeru memperlihatkan sempitnya pikiran kita dan sempitnya pemahaman kita tentang moral. Oleh karena itu saya mohon agar Account Puri diaktifkan kembali, Yayasan Puri kita dirikan, dan Buku Puri diterbitkan, dan kita kembali ke perasaan sebelum mengetahui cerita itu hanya FIKSI, Saya mohon kepada pentolan2 di Kompasiana ini, Pepih Nugraha, Iskandar Jet, bung ASA, Mbak Mariska, Prayitno Ramelan, Chappy Hakim, dan semua orang2 yang telah membuat Kompasiana menjadi sebesar ini, karena kebesaran KOMPASIANA justeru diakui karena kebesaran dan keluasan jiwa para kompasianer nya. Saya mengetuk pintu hati anda semua. PR.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline