Lihat ke Halaman Asli

PETRUS PIT SUPARDI

TERVERIFIKASI

Menulis untuk Perubahan

Merefleksikan Nilai Pancasila di HUT RI ke-78

Diperbarui: 17 Agustus 2023   13:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

"Pancasila, dasar perekat, pemersatu Indonesia sedang sekarat. Perilaku pejabat korup dan bersekongkol dengan kaum kapitalis menyengsarakan rakyat jelata, sehingga menimbulkan pertanyaan, 'adakah alasan bagi generasi bangsa mencintai Indonesia?' Sebab, yang tampak hanya pelanggaran terhadap nilai-nilai Pancasila." [Petrus Pit Supardi].

Hari ini, Indonesia merayakan 78 tahun kemerdekaannya. Suatu usia yang tidak lagi muda. Tetapi, di usia yang mulai senja ini, nilai-nilai Pancasila semakin memudar. Apa indikator untuk mengatakan bahwa nilai-nilai Pancasila semakin redup? Mari, kita renungkan bersama-sama.

Ketuhanan Yang Maha Esa. Tuhan Allah, Sang Pencipta, Sang Ilahi, berada di urutan pertama. Artinya, seluruh gerak rakyat bangsa Indonesia terikat pada Tuhan. Agama menjadi wadah yang mengantar rakyat sesuai imannya masing-masing berjumpa dengan Tuhan. Harapannya, dengan beriman, takwa kepada Tuhan, maka hidup menjadi lebih harmonis, selaras alam semesta, jauh dari konflik kepentingan apa pun. Perilaku adil, jujur, terbuka, rukun dan damai terwujud dalam kehidupan sehari-hari

Tetapi, kenyataan berbeda jauh. Radikalisme agama tak terbendung. Saling menutup rumah ibadah. Demikian halnya, perilaku sosial seperti korupsi, kolusi, nepotisme, rasis dan ketidakadilan meraja lela. Orang berdoa, tetapi juga melakukan korupsi dan berbagai kekerasan lainnya.

Kemanusiaan yang adil dan beradab. Kemanusiaan, adil, beradab, tidak sepenuhnya terwujud. Orang miskin di negara ini tidak mengalami keadilan hampir di seluruh lini hidup: pendidikan, kesehatan, ekonomi, perumahan, dll. Lihatlah di kampung-kampung, rakyat hidup melarat. Demikian halnya, warga miskin kota tak dapat mengakses layanan pendidikan, kesehatan, ekonomi secara memadai. Kemanusiaan, keadilan dan adab sedang tergerus arus egois, sombong dan tamak!

Persatuan Indonesia. Fondasi persatuan Indonesia sedang keropos. Negara kepulauan yang dipersatukan oleh ideologi Pancasila ini sedang terancam lantaran lahirnya ideologi politik Merdeka dan pendirian negara berbasis agama. Minimnya rasa bangga pada Indonesia menjadi biangnya. Orang menjadi tidak bangga pada Indonesia lantaran ketidakadilan sosial di tengah masyarakat. Penyelenggara negara berperilaku buruk: korupsi, kolusi, nepotisme.

Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan. Kita bertanya, "apakah wakil rakyat di pemerintahan, di dewan perwakilan rakyat, di bagian hukum memiliki hikmat bijaksana dalam memimpin negara ini?" Tidak! Terlalu banyak koruptor. Tidak ada hikmat bijaksana lantaran hati pemimpin dikuasai oleh sikap rakus dan tamak! Dampaknya, rakyat jelata tetap menderita sampai saat ini.

Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Di Indonesia tidak ada keadilan. Orang kaya semakin kaya; orang miskin tambah melarat. Kita melihat di kota, anak-anak terlantar, orang jompo, apakah dipelihara oleh negara? Orang miskin yang sakit, sulit berobat, dll. Tidak ada keadilan sosial. Sebab, rakyat jelata mencari hidup sendiri! Negara diam saja, bahkan memberi cap negatif pada orang miskin, sebagai manusia malas, dll.

Semoga momentum peringatan HUT RI ke-78 menggerakkan hati nurani seluruh anak bangsa untuk berlaku jujur, adil, terbuka, berpihak pada rakyat jelata, yang miskin dan lemah. Secara khusus para penyelenggara di eksekutif, legislatif dan yudikatif supaya memiliki keteladanan dalam perilaku hidup jujur, adil, terbuka dan berpihak pada orang miskin. Tanpa keteladanan para penyelenggara negara, maka kepercayaan rakyat akan memudar dan Pancasila bisa terancam bubar!  [Sorong, 17 Agustus 2023; 14.27 WIT]




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline