Lihat ke Halaman Asli

PETRUS PIT SUPARDI

TERVERIFIKASI

Menulis untuk Perubahan

Tongkat Gembala Uskup Jayapura Beralih ke Tangan Pastor Orang Asli Papua

Diperbarui: 30 Oktober 2022   09:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Uskup terpilih Keuskupan Jayapura, Mgr. Yanuarius Theofilus Matopai You dan Soleman Itlay, 29-10-2022, dokpri

Gembala, kawanan domba, tongkat, kandang, padang rumput dan mata air. Seorang gembala sangat mengenal kawanan dombanya. Ia tinggal bersama kawanan domba dalam satu kandang. Ia membimbing kawanan domba ke padang rumput hijau dan mata air jernih. Dengan tongkat di tangan, ia melindungi kawanan dombanya dari musuh-musuh yang hendak menyerang. 

Pada hari Sabtu, 29 Oktober 2022, pukul 19.00 WIT, umat Katolik Papua menyambut gembira keputusan Paus Fransiskus, yang telah mengangkat RD. Yanuarius Theofilus Matopai You menjadi Uskup Keuskupan Jayapura. Dengan pengumuman tersebut, tongkat penggembalaan berpindah tangan dari Mgr. Leo Laba Ladjar OFM yang telah pensiun kepada Mgr. Yanuarius Theofilus Matopai You. Sebagaimana diketahui bahwa Uskup terpilih Mgr. Yan You, sapaannya, merupakan Pastor asli Papua pertama di tanah West Papua yang menjadi Uskup, setelah penantian panjang 128 tahun sejak kehadiran misionaris Pastor Le Coq d'Armandville SJ di Sekru, Fakfak pada 22 Mei 1894.

Kini, tongkat gembala kawanan domba Keuskupan Jayapura berada di tangan seorang putra asli Papua. Tongkat gembala itu berkaitan dengan domba, kandang, padang rumput dan mata air. Kawanan domba orang asli Papua sedang tinggal di dalam kandang yang rusak, tanpa rumput hijau dan mata air jernih. Kawanan domba orang asli Papua juga hidup dalam ancaman singa dan harimau serta binatang buas lainnya yang siap menerkam. Pada titik ini, tongkat gembala perlu diangkat untuk menghalau musuh, sekaligus menunjuk dan menuntun kepada padang rumput hijau dan mata air jernih.

Gembala dan domba sama-sama subjek. Gembala dan kawanan domba saling melengkapi. Tongkat gembala menunjukkan peran seorang gembala bagi kawanan dombanya. Apa artinya tongkat gembala tanpa kawanan domba? Atau apa makna kawanan domba tanpa seorang gembala yang membimbing dan menuntun?

Tinggal bersama adalah kunci sukses penggembalaan. Gembala dan domba perlu tinggal di dalam satu kandang, satu rumah, rumah Gereja Katolik Keuskupan Jayapura. Gembala dan domba saling bertemu, berdiskusi, bercakap-cakap, memikirkan bersama cara, model pergi ke padang rumput hijau dan mata air jernih.

Harapan dan cita-cita tinggal bersama di dalam satu kandang antara gembala dan domba itu, kini diletakkan di dalam relung hati sang gembala, Uskup terpilih Keuskupan Jayapura, Mgr. Yanuarius Theofilus Matopai You. Sebagai putra asli Papua, Mgr. Yan You tahu persis posisi kawanan domba, kandang, padang rumput, mata air, musuh dan lain-lain. Di dalam tinggal bersama itulah, segala bentuk pengetahuan, pemahaman dan refleksi itu dibagikan, didiskusikan, diputuskan bersama dan dilakukan bersama di jalan perziarahan ini.

Kita menyaksikan dalam beberapa tahun terakhir, gembala dan kawanan domba sering kali tak bertemu di kadang, di rumah tetapi di jalan-jalan dengan bentangan spanduk atau di media sosial. Ruang-ruang percakapan kurang terbuka lebar. Diskusi antara kawanan domba dan gembala minim. Kalau pun ada diskusi dan percakapan bersifat formal, fungsional. Gembala tampaknya tak tertarik dengan kawanan domba yang berkarakter kritis dan lawan arus.

Seruan Uskup OAP, yang mulai terbuka dikumandangkan sejak tahun 2020 silam merupakan manifestasi dari ketertutupan diri gembala terhadap jerit penderitaan orang asli Papua selama ini. Kawanan domba merasa diri ditinggalkan oleh para gembalanya. Ada pikiran, bisa jadi karena gembala berasal dari luar Papua, sehingga bersikap seperti orang upahan. Karena itu, kawanan domba berdoa dan berharap akan datangnya gembala, Uskup dari kalangan Pastor orang asli Papua.

Kini, tongkat gembala itu ada bukan di tangan, tetapi di hati putra asli Papua, Mgr. Yan You. Tongkat itu pasti lebih bercahaya menerangi kegelapan Papua. Tongkat itu pula pasti lebih keras mengusir, menghalau musuh yang hendak menerkam kawanan domba orang asli Papua.

Gereja Katolik Papua telah mencatatkan sejarahnya. Seorang putra asli Papua menjadi Uskup Keuskupan Jayapura. Seluruh penggembalaannya akan terekam. Sebab, yang pertama akan selalu menjadi patokan dan ukuran dalam melihat perjalanan Gereja Katolik Papua saat ini dan ke depan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline