Lihat ke Halaman Asli

PETRUS PIT SUPARDI

TERVERIFIKASI

Menulis untuk Perubahan

Paskah 2020, Makam Yesus dan Gedung Gereja Kosong

Diperbarui: 17 April 2020   10:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perayaan Minggu Palma di Kampung Syuru bersama Pastor Charles Loyak OSC, 9 April 2017. Dokpri.

"Yesus tidak ada di sini. Dia telah bangkit! (Matius 28:6).

Warta kebangkitan Yesus itu diterima oleh perempuan Maria Magdalena dan Maria lainnya dari malaikat Tuhan. Keduanya mendapatkan kesempatan istimewa menjadi orang pertama yang mengetahui bahwa Yesus telah bangkit, bukan dari manusia, melainkan dari malaikat Tuhan dan Yesus sendiri. "Salam bagimu. Jangan takut. Pergi dan katakanlah kepada saudara-saudara-Ku supaya mereka pergi ke Galilea dan di sanalah mereka akan melihat Aku," (Matius 28:9-10). Yesus mempertegas penyampaian malaikat Tuhan kepada kedua perempuan itu bahwa diri-Nya telah bangkit!

Yesus sudah bangkit! Puncak perayaan Paskah adalah kebangkitan Tuhan Yesus Kristus, penebus dunia. Kebangkitan Yesus menjadi nyata bahwa dosa dan maut tidak berkuasa atas hidup manusia. Relasi manusia dan Allah telah pulih. Manusia kembali hidup selaras dengan Allah.

Kebangkitan Yesus sekaligus meninggalkan makam kosong. Apa arti makam kosong? Ia tidak berguna lagi. Ia hanya berguna tatkala digunakan untuk meletakkan jasad yang akan menjadi tanah dan debu. Makam kosong menjadi simbol keterlepasan manusia dari kedagingan, nafsu birahi ingin menguasai, egoisme dan sikap individualistik. Manusia seyogianya meninggalkan perilaku korupsi, pencuri, iri hati, dendam dan lain sejenisnya yang merenggut martabatnya  yang luhur di hadapan Allah.

Perayaan Paskah, Minggu, 12 April 2020 memiliki catatan tersendiri. Gedung gereja kosong! Sejak hari Minggu Palma, 5 April 2020 tidak ada perayaan Ekaristi di gereja. Kondisi ini terjadi lantaran virus corona (Covid-19) yang sedang mengaung mencari mangsa di muka bumi ini. Virus ini telah menginfeksi jutaan orang dan ratusan ribu lainnya meningga dunia.

Kita mengalami bahwa seketika gedung gereja kosong. Keramaian peribadatan pada pekan suci, secara khusus Trihari Suci, Jumat Agung, Sabtu Suci dan Minggu Paskah menjadi sepi. Umat beribah di rumah masing-masing atau mengikuti ibadah on line, atau melalui radio dan televisi. Suasana perayaan Paskah tidak semarak seperti tahun-tahun sebelumnya. Tidak ada gegap gempita di bangku koor gereja. Sunyi dan sepi mewarnai kehidupan pengikut Tuhan Yesus sejagat.

Makam kosong karena Yesus telah bangkit menjadi simbol ketidakabadian kehidupan di dunia ini. Makam kosong mengingatkan segenap umat beriman bahwa pada waktunya gedung gereja di dunia ini akan kosong, bukan karena virus corona, melainkan  karena persatuan kekal umat beriman dengan Allah di surga abadi. Ketika waktunya tiba, umat beriman tidak lagi membutuhkan gedung gereja fisik. Karena itu, perayaan Paskah tahun 2020 menjadi momentum emas merefleksikan makna Gereja yang sesungguhnya, yang bermula di dalam keluarga itu sendiri.

Kita juga dapat merefleksikan bahwa Paskah tahun 2020, menjadi teguran untuk para pengikut Tuhan Yesus, terutama pimpinan Gereja dan para gembala umat bahwa gedung gereja fisik bukanlah yang pertama dan utama di dalam kehidupan beriman kristiani. 

Pandemi virus corona yang menyebabkan umat Allah beribadah di rumah masing-masing menjadi peringatan nyata dan jelas bahwa kehidupan beriman umat Kristen tidak bisa disamakan dengan gedung gereja. Bahwa gedung gereja penting, tetapi bukanlah yang utama, sebab kehidupan iman umat, sebagai sebuah persekutuan tidak identik dengan gedung gereja yang mewah. Persekutuan itu terbangun di dalam keluarga-keluarga dan komunitas-komunitas umat beriman. Tuhan hadir di sana, di dalam keluarga dan komunitas-komunitas itu!

Dalam konteks Papua, setelah pandemi virus corona, apakah gedung gereja masih penting? Ibadah bersama sebagai sebuah persekutuan umat beriman kristiani merupakan bentuk perwujudan iman yang otentik. Gedung gereja memang tetap diperlukan, tetapi tidak lagi dengan membongkar gedung gereja yang sudah ada dan masih layak pakai kemudian mengumpulkan dana miliaran rupiah untuk membangun gedung gereja baru yang mewah di tengah penderitaan umat manusia orang asli Papua saat ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline