Hari ini, Rabu, 12 Oktober 2016, pukul 05.20 WIT, saya bangun pagi. Doa singkat mengawali hari baru ini. Di luar rumah, tampak langit di Tablanusu sedikit mendung. Angin sepoi bertiup pelan. Dingin menerpa tubuh, masuk ke dalam sukma. Udara bersih di perkampungan wisata ini membangkitkan gairah untuk bersemangat mendampingi masyarakat.
Saya mulai mengetik proses kegiatan Kajian Risiko Bencana (KRB). Sayangnya, batrei leptop lemah, sehingga saya matikan leptop dan mengecasnya. Saya lihat piring kotor dan lekas mencucinya. Sesudah semuanya beres, saya kembali mengetik hasil kegiatan kemarin.
Kawan Teri juga mempersiapkan materi Sistem Peringatan Dini, yang akan dipelajari bersama peserta. Ia membuat tabel SPD dan mempersiapkan bahan-bahan lainnya yang akan disampaikan kepada peserta.
Setelah mencuci piring, saya kembali mengetik, sayangnya batrei leptop lemah. Saya matikan leptop. Kemudian, saya masak air untuk putar teh. Om Daeng, yang sedang tadah air memperlihatkan kepada saya satu kantok plastik berisi ikan kembung. Saya membersihkan dan menggorengnya. Tidak lama kemudian kawan Teri datang. Ia meneruskan untuk goreng ikan. Saya langsung mandi.
Sesudah mandi, saya dan Teri makan nasi dan ikan kembung goreng, tanpa sayur. Sesudah makan, kami ganti pakaian dan siap berangkat ke aula, tempat kegiatan yang terletak di sebelah rumah, tempat kami menginap. Pukul 80.25 WIT, kami berdua pergi ke aula kegiatan. Kami melihat belum ada orang. Masih sepi. Saya buka pintu aula. Tidak lama kemudian, datang dua bapa, yaitu bapa Absalom Soumilena dan Saul D. Wambena. Saya mempersilakan mereka mengisi daftar hadir. Tidak lama kemudian, peserta lainnya datang dan langsung mengisi daftar hadir.
Pukul 09.19 WIT, Teri membuka kegiatan. Ia minta ketua kelompok, Bapak Orgenes Yakarimilena memimpin doa pembukaan untuk mengawali seluruh proses kegiatan hari ini. Sesudah doa, peserta sepakat supaya snack terlebih dahulu, sambil menunggu peserta yang belum datang. Teri memberikan waktu lima belas menit untuk sarapan pagi.
Pagi ini peserta makan bubur kacang dan minum teh manis. Pukul 09.38 WIT, Teri melanjutkan kegiatan dengan fokus peta risiko bencana. Ia mengatakan bahwa setiap peta harus memiliki legenda. Di peta harus ada semua aset kampung. Di mana saja sebaran risiko, apabila terjadi tsunami? Tampak bahwa Tablanusu masuk dalam kategori risiko tinggi terdampak bencana alam.
Peta risiko yang disiapkan oleh Bapa Isak dibahas secara rinci. Peserta menentukan daerah rawan bencana, titik kumpul dan jalur evakuasi. Untuk lebih mendalami titik kumpul dan jalur evakuasi akan dibahas secara lebih mendalam pada materi Sistem Peringatan Dini dan Jalaur Evakuasi.
Pukul 11.00 WIT, Teri melanjutkan kegiatan diskusi, dengan tema Sistem Peringatan Dini dan Jalur Evakuasi. Ia menyampaikan bahwa informasi tentang adanya bencana bisa dikeluarkan secara resmi oleh pemerintah melalui BMKG. Misalnya, pada waktu terjadi gempa, kita akan mendapatkan SMS dari BMKG tentang waktu, tempat, kedalaman bencana serta berpotensi tsunami atau tidak. Di sisi lain, masyarakat lokal juga memiliki kearifan dalam membaca tanda-tanda alam. Misalnya, pada saat akan terjadi tsunami, air laut tertarik ke arah tengah laut (air laut tiba-tiba kering), ikan mati, anjing lari ke arah gunung dan lain-lain.
Apabila terjadi bencana alam, misalnya tsunami, masyarakat akan menyelamatkan diri ke arah mana? Siapa yang akan membantu evakuasi? Siapa yang harus terlebih dahulu dievakuasi?
Setelah uraian singkat ini, Teri membagi tiga kelompok. Setiap kelompok memiliki topik yang akan didiskusikan. Setelah diskusi di dalam kelompok dan dicatat di plano, akan dipresentasikan untuk semua peserta pelatihan. Ketiga tema yang menjadi pokok diskusi adalah `1)Tabel Sistem Peringatan Dini (SPD) di kampung Tablanusu. 2) Tabel Kesepakatan Evakusi Masyarakat Kampung Tablanusu. 3. Tabel Rencana Evakuasi Masyarakat Kampung Tablanusu.