Raja Ampat di Papua Barat memang tak ada habisnya. Kabupaten yang dijuluki sebagai "surga" terakhir di bumi ini menyimpan sejuta pesona wisata yang layak untuk diexplore setiap saat.
Selain memiliki keindahan bawah Laut dengan terumbu karangnya yang asli, juga bentangan alam pemandangan pulau berbatu karst nan indah seperti di Kawasan Wisata Pulau Piaynemo, Wayang dan Misool yang memanjakan mata para wisatawan.
Selain memiliki taman laut mempesona, Raja Ampat juga memiliki keunikan lainnya yaitu wisata memantau burung (Bird Watching) khususnya burung-burung khas Raja Ampat.
Dibeberapa kampung terdapat kegiatan wisata pemantauan burung endemik Raja Ampat. Salah satunya di Kampung Saporkren, Distrik Waigeo Selatan Raja Ampat. Ya, di Saporkren.
Bagi masyarakat umum, Saporkren memang tak setenar Wayag atau Piaynemo maupun Misool tetapi bagi para pencinta burung dan fotografer, Saporkren bukanlah tempat yang asing. Dan bukan tempat yang biasa saja. Saporkren adalah laboratorium hidup bagi para peneliti yang ingin mendalami seluk-beluk kehidupan burung cendrawasih sebagai zatwa endemik Raja Ampat.
Bernadus Wanma, pemandu wisata burung Kampung Saporkren menjelaskan ada lima (5) species burung endemic Pulau Waigeo, Raja Ampat, diantaranya cendrawasih pohon atau cendrawasih merah (Red Bird Paradise), cendrawasih belah rotan (Cendrawasih Wilson), Gagak Hutan (brown huded crow), Raja Ampat Pitohi (burung yang kecil) dan Spices Imperial Pigeon (sejenis merpati yang juga memiliki mahkota).
"Umumnya burung-burung endemik ini tinggal di Pulau Waigeo dan di pulau-pulau kecil di Kali Raja, Kampung Wawiyai, Raja Ampat," ujar Bernadus ditemui di tepi Pantai Kampung Saporkren, Sabtu, 05 Januari 2019.
Keberadaan spesies endemik ini menjadi berkat bagi masyarakat Saporkren, betapa tidak keberadaan burung ini telah menjadi daya tarik wisata. Saat ini terdapat dua lokasi pemantauan yang disiapkan yaitu lokasi pemantauan cendrawasih merah dan pemantauan cendrawasih belah rotan.
"Jarak antara lokasi satu dengan yang lainnya kurang lebih 30 menit. Sementara dari kampung kita butuh waktu kurang lebih 35 menit dengan jalan kaki," tambah Bernadus.
Waktu pengamatan pun hanya pada waktu tertentu saja. Karena itu wisatawan pun diharapkan datang pada waktu yang tepat. Jika berkenan diusahakan untuk menginap di homestay yang ada disekitar Kampung Saporkren.
"Untuk pagi hari waktu yang tepat ubtuk memantau aktivitas burung cendrawasih merah yakni pada pukul 07.00-07.30 Waktu Indonesia Timur, setelah itu mereka akan keluar mencari makan, sedangkan sore hari waktu yang pas adalah pukul 15.30-17.00 Waktu Indonesia Timur," tambah Bernadus.