Lihat ke Halaman Asli

Gerakan Literasi dalam Kemasan Lomba Cerita Rakyat di Raja Ampat

Diperbarui: 20 Februari 2018   15:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Plt. Sekda Raja Ampat menyematkan tanda peserta lomba cerita rakyat/foto: Romeo Omkarsba

Kemajuan ilmu dan teknologi yang kian pesat saat ini tidak saja membawa dampak positif bagi perkembangan manusia tetapi juga membawa dampak negatif jika hal ini tidak disikap secara arif dan bijaksana. Dampak ini tidak saja dirasakan para orang tua tetapi juga berdampak pada anak-anak. Salah satu dampak nyata terhadap anak-anak adalah menurunya minta belajar dan membaca karena hadirnya ribuan tawaran menarik sebagai akibat dari perkembangan itu.

Salah satu yang sangat nyata dan meresahkan saat ini adalah menuurunya minat baca pada anak-anak usia sekolah karena lebih memilih waktu untuk bergawai atau bermain android dan handphone pintar.

Mengatasi hal ini maka pemerintah terus berupaya untuk mengembangkan minat baca anak sebagai implementasi konkrit dari Gerakan Literasi nasional.

Di Raja Ampat, dalam mengembangan budaya literasi ini maka dilaksanakan  Lomba Cerita Rakyat yang melibatkan siswa/siswi Sekolah Dasar (SD/MI) Tingkat Distrik (Kecamatan, red) se-Kabupaten Raja Ampat.

Kegiatan lomba cerita rakyat ini rutin dilaksanakan. Bahkan menjadi agenda tahun pemerintah daerah dibawah Dinas Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Daerah.

Tahun ini dibawah soroyan thema: "Membaca adalah jendela dunia" dan Sub Thema: "Melalui Lomba Cerita Rakyat bagi siswa/siswi sekolah dasar/Madrasah Ibtidayah Kita Wujudkan Masyarakat yang Cerdas Menuju Gempar Emas,"  kegiatan ini kembali digelar.

Piala Lomba Cerita Rakyat di Raja Ampat/foto: Romeo Omkarsba

Bupati Raja Ampat dalam sambutan tertulisnya yang dibacakan Plt. Sekda Raja Ampat, Dr. Yusuf Salim, M.Si berharap lomba cerita rakyat ini menambah kegemaran para peserta untuk membaca dan menyampaikan kembali sebuah cerita sehingga mereka terpancing emosinya untuk menyimak alur sebuah cerita dan dapat memahami pesan moral yang terkandung dalam cerita tersebut. Lomba cerita rakyat ini harus menjadi agenda rutin untuk melatih siswa berpikir,berimajinasi serta menanamkan daya ingat yang kuat,selain itu bisa mendidik kita dalam tingkah dan tutur kata.

"Saya berharap agar seluruh pihak yang terlibat dalam kegiatan ini baik dinas perpustakaan, khususnya panitia dan lebih khusus lagi kepada para dewan juri peserta lomba bisa memanfaatkan kesempatan ini untuk menggali potensi -- potensi siswa agar bisa bersaing secara sehat dan sportif jangan sekedar mengejar hadiahnya"  harap Bupati Raja Ampat sebagaimana yang disampaikan Plt. Sekda Raja Ampat, Dr. Yusuf Salim,M.Si saat membukan kegiatan tersebut di Waisai, Kamis 15 Februari 2018 lalu.

Pemukulan Tifa saat membuka kegiatan lomba cerita rakyat di Raja Ampat/foto: Romeo Omkarsba

Sementara itu, Plt.Kepala Dinas Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Kabupaten Raja Ampat, Hasan Tamima menjelaskan cerita rakyat ini dilaksanakan atas petunjuk dari provinsi, yang isi ceritanya harus digali dari kabupaten itu sendiri.

"Raja Ampat merupakan daerah yang dibangun diatas pilar multi kulturalisme berbagai suku,ras,etnis,bahasa dan tari-tarian serta cerita berupa dongeng dan cerita rakyat ditengah masyarakat kita," tambahnya.

Cerita rakyat sebagai sebuah narasi kebijaksanaan telah ada sejak ribuan tahun silam dan hampir setiap kampung dan kelompok masyarakat  mempunyai cerita rakyat yang selalu menuturkan tentang sejarah perjuangan,cinta dan kehidupan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline