Lihat ke Halaman Asli

Awas Gerak-gerik Anda Selalu Diawasi

Diperbarui: 18 Juli 2017   09:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Berawal dari berita di media elektronik maupun di televisi yang menyebutkan "Orang Indonesia paling malas jalan kaki se dunia". Saya menjadi penasaran, masak sih orang Indonesia dianggap paling malas jalan kaki sedunia. Sayapun bertanya kepada mbah Google tentang hal itu dalam bahasa Indonesia maupun Inggris. Hasil pencarian menunjukkan hampir semua judul beritanya baik yang berbahasa Indonesia maupun Inggris memberi kesan seperti itu.

Sayapun masih penasaran, apa benar begitu? Ya bagaimana tidak penasaran, sebab sekarang ini banyak judul berita yang bombastis alias wooowww, namun tidak sesuai dengan isi beritanya. Sayapun membaca dan berusaha mencermati semua isi berita tersebut.

Ada penelitian (survei) yang dilakukan oleh Universitas Standford di Amerika. Keren kan, pasti ini bukan survei pesanan untuk kepentingan pihak-pihak tertentu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang Indonesia per hari melangkah sebanyak rata-rata 3.513. Bandingkan dengan orang Hong Kong yang dalam satu hari melangkah sebanyak rata-rata 6.880. Survei itu melibatkan 111 negara dengan jumlah sampel sebesar 717.000. Lima negara paling aktif berdasarkan jumlah langkah setiap hari adalah Hong Kong (6.880), China (6.189), Ukraina (6.107), Jepang (6.010), dan Rusia (5.969). Berikut adalah urutan lima negara paling tidak aktif (alias malas) jalan kaki dari survei: Indonesia (3.513), Arab Saudi (3.807), Malaysia (3.963), Filipina (4.008), dan Afrika Selatan (4.105).

Penasaran saya mulai sedikit terjawab, karena ada informasi bahwa dari ratusan juta bahkan sampai miliar dari total 111 negara yang disurvei, hanya 717.000 orang yang dipakai sebagai sampel. Sampel yang dipakai itu adalah orang-orang yang menggunakan "smartphone" saja. Tidak ada informasi berapa banyak orang Indonesia pengguna "smartphone" yang diambil sebagai sampel, tapi kalau kita hitung kasar saja dari seluruh negara, ada sekitar 7.000 orang. Bandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia yang 250 jutaan. Dan sekali lagi, itu hanya orang yang memiliki dan membawa "smartphone" yang harganya tentu saja tidak murah. Oh ya, yang dimaksud dengan "smartphone" tentu saja beda dengan ponsel biasa yang hanya dipakai untuk telpon dan sms.

Nah, yang menarik dari penelitian tersebut adalah bagaimana peneliti itu melakukan perhitungan langkah orang-orang yang membawa "smartphone"? Rupanya para peneliti itu memanfaatkan aplikasi Argus yang terinstall di "smartphone". Anda pernah meng-install aplikasi itu? Aplikasi itu berfungsi untuk memantau aktivitas pengguna "smartphone". Dengan data dari aplikasi di "smartphone" inilah peneliti bisa menghitung langkah kaki penggunanya. Sadar atau tidak, para pengguna "smartphone" akan memberikan data aktivitasnya, secara gratis, kepada pembuat aplikasi tersebut. Lokasi pengguna "smartphone" pun setiap saat juga akan selalu terpantau oleh Aplikasi tersebut.

Sebenarnya ada pula aplikasi lain yang saat akan diintall bertanya, apakah boleh lokasi anda diketahui. Biasanya anda akan jawab boleh. Itu dia. Anda sendiri yang mengizinkan berbagi informasi ke pihak pembuat aplikasi. Maka tidak heran bila setiap aktivitas dan lokasi anda saat membawa "smartphone" akan terdeteksi. Bagaimana rasanya jika tanpa disadari, gerak-gerik anda selalu diawasi oleh pencipta berbagai Aplikasi yang menyusup di "smartphone" yang anda bawa kemana-mana?




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline