Adaptasi dari buku menjadi film sudah sangat sering dilakukan, namun tidak pernah berhenti menarik perhatian para penonton. Mulai dari Ayat-Ayat Cinta, 99 Cahaya di Langit Eropa, 5 cm, Perahu Kertas, hingga Dilan 1990 yang mencapai 6 juta penonton lebih!
Namun tidak semua karya sastra dapat diadaptasi menjadi film, menurut Ardianto dalam tulisannya yang berjudul "Dari Novel ke Film: Kajian Teori Adaptasi sebagai Pendekatan dalam Penciptaan Film" tahun 2014, kebanyakan karya sastra yang diadaptasi adalah karya sastra yang sudah terkenal di pasaran. Dikarenakan cerita tersebut sudah dikenal di masyarakat dan memiliki jumlah penggemar yang banyak.
Menurut Linda Seger (dalam Ardianto, 2014 : 20), adaptasi adalah transisi, pengubahan, atau konversi dari satu medium ke medium lain. Medium di sini berarti transisi dari medium teks menjadi medium film dan keduanya memiliki karakter yang berbeda.
Dalam adaptasi terdapat tiga proses yang perlu mendapat perhatian, yaitu :
Rethinking (berpikir ulang)
Reconceptualizing (mengkonsep ulang)
Understanding (pengertian) atas teks sumber adaptasi.
Susan Hayward (dalam Ardianto, 2014) juga mengatakan bahwa film adaptasi merupakan sebuah film yang ide ceritanya berawal dari karya sastra (novel, cerpen, dan sebagainya), namun dalam penceritaannya akan ada kemungkinan dihasilkannya cerita baru yang tidak harus sama persis dengan karya aslinya.
Meskipun demikian, terdapat unsur yang dinamakan mise-en-abyme atau inti dari ide cerita asli tetap harus terjaga dalam cerita baru tersebut.
Nah, pada kesempatan kali ini akan membahas mengenai salah satu film adaptasi legendaris di Indonesia!