Lihat ke Halaman Asli

Petra LazuardiSihotang

Seorang yang bobrok, di izinkan Tuhan menjadi seorang konselor !

Peran Konselor dalam Membantu Anak Pendeta yang Sedang Mengalami Depresi

Diperbarui: 12 November 2021   10:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pendahuluan

Depresi merupakan suatu pengalaman yang menyakitkan dan melibatkan perasaan seseorang baik dalam jangka pendek maupun panjang, misalnya penolakan, kedukaan, rasa diabaikan, ditinggalkan, kegagalan. H.Norman Wright mengungkapkan bahwa depresi seperti sebuah penyakit flu dalam pikiran, yang dapat datang dalam keadaan krisis maupun tidak.

Saya pernah melayani teman sesama anak pendeta, dan dalam hal ini depresi ternyata bisa menyerang siapa saja, termasuk anak pendeta juga. Seorang anak pendeta memiliki banyak topeng dalam kehidupannya, baik di depan orangtua, keluarga dan jemaat. Anak pendeta tersebut tidak dapat menjadi dirinya sendiri,. Selain itu, dengan banyak tuntutan tanggung jawab untuk menjadi panutan banyak orang, dan memikul banyaknya ekspetasi orang di pundaknya ia harus berpura-pura agar menyenangkan hati banyak orang.

Jika seorang anak pendeta melakukan sebuah kesalahan, pasti langsung mendapatkan pembicaraan yang tidak baik, "anak pendeta tapi kok begini" "anak pendeta tapi kok begitu" mereka tidak diberi ruang untuk menyadari kesalahan-kesalahannya, tidak diberi ruang untuk menjadi dirinya sendiri, justru penolakan yang sering didapatkan. Biasanya anak-anak pendeta gagal hidup benar, karena sering hidup untuk terlihat benar.

Belum lagi mendapat perkataan dan tindakan dari orangtua yang dapat menyakiti hati si anak, terkadang apa yang di dengar si anak dari khotbah orangtuanya berbanding terbalik dengan apa yang diterima dari perlakuan orangtuanya kepada si anak. Karena keadaan yang semakin tidak baik dan mendukung, akhirnya si anak pendeta tersebut dengan segala perasaan-perasaan yang diterima baik dalam jangka pendek maupun panjang, perlahan demi perlahan semua emosi tidak dapat terungkapkan dalam dirinya dan ditahan dengan sendirinya akhirnya ia mengalami gangguan kesehatan mental yaitu depresi.

Depresi yang timbul itu mengakibatkan rasa kehilangan dan perubahan yang negatif pada anak pendeta tersebut, lalu untuk menyenangkan diri nya sendiri, dan pelampiasan atas yang dia terima, dia alihkan ke pornografi, sehingga membuat dia merasa nyaman dan kecanduan pornografi. Ia merasa dengan melihat film porno merupakan zona nyaman nya tapi tanpa disadarinya pornografi dapat merusak otaknya. Dengan menonton film porno sebenarnya keadaan tidak semakin membaik, tapi semakin memburuk, karena film porno hanya kesenangan sesaat dan itu adalah sebuah kenajisan bagi Tuhan, bukannya semakin benar tapi semakin kacau dalam hubungan sosial nya dan psikisnya.

Pembahasan

Dalam buku konseling krisis, Archibald Hart mengemukakan, kasus seperti ini adalah Kehilangan Abstrak yang bersifat tidak nyata, seperti kehilangan harga diri, kehilangan kasih sayang, kehilangan harapan, atau kehilangan ambisi. Sebetulnya pikiran kitalah yang menciptakan kehilangan ini, dan kita merasa telah mengalaminya. Kadang-kadang kehilangan itu mungkin sungguh-sungguh, tetapi adakalanya kehilangan itu tidak seburuk yang kita rasakan. Dalam kasus ini, anak pendeta tersebut juga mengalami kehilangan lainnya yaitu, kehilangan yang bersifat khayal, Archibald Hart mengemukakan, kehilangan yang bersifat khayal tersebut tercipta karena imajinasi aktif seseorang. Orang itu pikir seseorang lain tidak menyukai dia lagi, Ia pikir orang-orang bergunjing di belakang dia. Disini lah tindakannya berbicara pada diri sendiri ia fokuskan pada hal-hal yang negatif dan persepinya mungkin tidak berdasarkan fakta.

Biasanya depresi ini juga dapat terjadi dan sering menyertai masa-masa transisi dari kehidupan remaja menuju dewasa dan bahkan dari kehidupan orang dewasa. Ketika peranan berubah, kemungkinan timbul tantangan terhadap keyakinan kita, nilai-nilai kita, dan anggapan kita tentang bagaimana kita telah menjalani hidup kita ini. Sebenarnya masa-masa transisi ini lah kehadiran dan tindakan positif dari orangtua kepada anaknya sangat diperlukan. Nilai-nilai dan keyakin hidup benar itu ditanamkan dengan baik, bukan hanya perkataan atau khotbah saja namun butuh tindakan. Sangat diperlukan untuk anak pendeta tersebut yaitu sebuah penerimaan, baik orangtua, keluarga dan jemaat, Ia diterima dengan keaslian dirinya sendiri, kehilangan-kehilangan yang di alaminya itu menjadi sebuah tuduhan-tuduhan dalam pikirannya. Sebenarnya keadaan tidak separah itu, namun karena merasa tertuduh, terintimidasi, hal itu yang dapat membuat ia berputar-putar dengan kasus hidup yang sama.

Kecanduan pornografi belum ada obat yang ditemukan untuk menyembuhkannya. Menurut Dr Mark, pornografi dapat menyebabkan kerusakan pada lima bagian otak, terutama pada Pre Frontal Corteks (bagian otak yang tepat berada di belakang dahi). Sedangkan kecanduan narkoba menyebabkan kerusakan pada tiga bagian otak. Kerusakan bagian otak ini akan membuat prestasi akademik menurun, orang tidak bisa membuat perencanaan, mengendalikan hawa nafsu dan emosi, dan mengambil keputusan dan berbagai peran eksekutif otak sebagai pengendali impuls-impuls. Bagian inilah yang membedakan manusia dengan binatang. Pada pecandu pornografi, Dr Mark menjelaskan, otak akan merangsang produksi dopamin dan endorfin, yaitu suatu bahan kimia otak yang membuat rasa senang dan merasa lebih baik. Dalam kondisi normal, zat-zat ini akan sangat bermanfaat untuk membuat orang sehat dan menjalankan hidup dengan lebih baik. Namun dengan pornografi, otak akan mengalami hyper timulating (rangsangan yang berlebihan), sehingga otak akan bekerja dengan sangat ekstrem kemudian mengecil dan rusak. "Pada dasarnya orang yang kecanduan pornografi merasakan hal yang sama dengan pecandu narkoba, yaitu ingin terus memproduksi dopamin dalam otak. Tapi pecandu pornografi bisa memenuhi 'kebutuhan' barunya itu dengan lebih mudah, kapan pun dimanapun, bahkan melalui handphone. Akhirnya, ini akan lebih sulit dideteksi dan diobati ketimbang adiksi narkoba.

            Salah satu langkah pertama yang paling penting dalam melayani kasus anak pendeta tersebut yaitu membangun hubungan yang simpatik dengan si konseli. Orang yang depresi biasanya merasa tidak layak untuk menerima pertolongan itu atau ia merasa tidak mampu memberikan tanggapan terhadap saran-saran yang diberikan. Oleh karena itu konselor harus berusaha lebih keras untuk membangun hubungan yang simpatik antara konselor dengan anak pendeta tersebut.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline