Lihat ke Halaman Asli

Prinsip Mengajar Anak Membaca sejak Balita

Diperbarui: 19 Juli 2018   00:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(childteaching.com)

Apakah yang anda rasakan ketika anda melihat seorang anak umur 1 tahun dapat mengerti arti sebuah kata yang diberikan kepadanya? Sekalipun ia belum dapat mengucapkan kata tersebut, namun ia mampu memahami dan menunjukkan arti kata yang dimaksud oleh kita?

Apakah yang anda pikirkan ketika anda menyaksikan seorang anak berumur 2 tahun dapat  membaca kata demi kata yang diberikan kepadanya? Apakah yang anda ingin ketahui ketika anda menyaksikan seorang anak berumur 3 tahun mampu membuat dan membaca kalimat sederhana melalui keyboard komputer ataupun papan ketik handphone? Hanya anda yang bisa menjawab.

Namun secara pengalaman pribadi, sampai hari ini, saya masih terkagum-kagum oleh kemampuan anak kami, Josh. Kemampuannya membaca dari hari ke hari semakin mengagumkan dan perbendaharaan kata yang semakin banyak membuat saya tidak habis mengerti betapa luar biasanya kemampuan otak dari Sang Pencipta kepada seorang anak yang berumur 3 tahun. Sebagai pendidik, saya tahu bahwa otak manusia terdiri dari dua bagian yaitu otak kanan dan otak kiri. Keduanya terbelah persis di tengah kepala, dari depan ke belakang.

Saya juga tahu, bahwa otak manusia itu memiliki 1 triliun sel otak, yang terdiri dari 100 milyar sel aktif, dan 900 milyar sel yang menghubungkannya. Selain itu manusia juga memiliki Multiple Intelengence, bakat dan minat serta talenta. Namun saya tetap tidak habis berpikir bagaimana caranya Allah membuat ia mampu mengikuti pelajaran yang disusun oleh ibunya, bahkan lebih dari itu. 

Josh juga mengerti kehidupan kami, ia tahu bahwa kami harus bekerja, ia tahu tidak boleh menganggu ayahnya kalau sedang beristirahat, ia mengerti dan bersimpati bila ibunya mengalami kesakitan, dan dari sisi intelektualitas. Di usianya yang masih dini, ia mampu menghafal beberapa cerita yang tertulis dalam buku cerita yang pernah dibacakan baginya, ia mampu mengerti arah dan mengenali tempat dengan detail, ia  mampu menghafal dialog film-film Barney, Diego dan cerita heroik (Reki Ranger ataupun Ultraman). Anak kami Josh, mampu mengingat setiap kisah dan urutan kalimat dalam buku cerita ataupun film tersebut dengan tepat.

Memang sejak umur satu tahun lebih, istri saya, Yuli, telah melatih ia membaca kata-kata dalam bahasa Inggris. Hampir setiap hari, terkadang sore ataupun malam, istri saya selalu menyiapkan waktu menyusun kata-kata baru untuk Josh, dan hasilnya sungguh dapat kami lihat di hari ini.

Takkala ia telah berumur 3 tahun, ia sepertinya tidak mengalami kesulitan membaca satu kalimat. Bahkan melalui pelatihan-pelatihan demikian, ia dapat menyusun kalimat yang baik ketika berbicara dengan orang lain. Kalimat dengan struktur dan tata bahasa yang baik. Mengamati apa yang dilakukan oleh istri saya, saya menyimpulkan beberapa prinsip di bawah ini yang mungkin dapat dipakai oleh orangtua untuk melatih anaknya membaca di usia balita. Beberapa prinsip tersebut adalah :

1. Pahamilah bahwa anak adalah anak.

Sebagai orangtua di jaman ini, saya percaya kita semua ingin anak kita berkembang dengan baik, bahkan kalau bisa bukan hanya baik, tetapi sempurna. Itulah sebabnya, ada begitu banyak orangtua yang berusaha memaksimalkan waktu dan "memaksakan" anak untuk belajar sebanyak-banyaknya hal ketika mereka anak-anak. Anak-anak di sekolah kami merupakan contoh yang jelas. Orangtua sudah merencanakan begitu banyak aktivitas belajar bagi anaknya.

Misalnya sejak kelas TK, orangtua sudah memberikan les musik, les melukis, les menulis bahkan ada yang mengharuskan anaknya mengikuti les matematika ketika mereka pulang sekolah. Tentu dapat kita bayangkan, betapa "sibuk"nya anak kita, bahkan lebih sibuk dari orangtuanya, dan jangan lupa, betapa lelahnya mereka setiap hari dengan kondisi demikian.

Pulang les sudah melewati waktu makan malam, dan dengan keadaan badan yang letih, ia harus tidur supaya besok pagi dapat bangun untuk pergi ke sekolah. Bayangkanlah kondisi anak yang demikian selama bertahun-tahun. Betapa sengsaranya hidup yang demikian.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline