Sore itu, saya sendirian HUNTING FOTO ke arah NAIGGOLAN di tepi danau toba sisi barat. Dengan tujuan ke GURAT , selewat GURAT melihatan cuaca cukup bagus, saya kembali ke arah Pangururan dengan tujuan ke Sihotang memoto sunset.
Setelah tiba di Palipi saya melihat sebuah teluk yang indah dengan dermaga kecil yang menjolok ke teluk itu saya berusaha ke sana. Dan setelah saya pakirkan motor saya berjalan kaki ke tepi danau toba
Kebetulan saya mendapat ada 3 org yang berada di sana. Masing masing merupakan penduduk setempat. Dan salah satu profesi mereka nelayan alias penangkap ikan tradisioner.
Salah satu penangkap ikan itu dengan cara memasang jala di pinggir ENCENG GONDOK, dimana jala itu dipasang mulai dari bibir ENCENG GODOK menyusur akar nya sampai membentuk lingkaran . sebelum mencapai lingkaran di depan mulut jala di pukul pukul ENCENG GONDOKnya dengan tujuan mengusir ikan buat melarikan diri dari dibawa akar ENCENG GODOK. Lalu mereka membuat lingkaran , dan ENCENG GONDOK itu yang berada di dalam jala di buang keluar. Kadang mereka mendapat hasil kadang tidak. Selama lebih kurang 2 jam mereka hanya mendapat 2 ekor ikan yang satu beratnya lebih kurang 1 kg dan seekor lagi sekitar 2.5 kg.
Dan satu lagi nelayang memasang jalan membetuk setengah lingkaran si tepi danau lebih kurang 5 sampai10 meter dari bibir danau dan kemudian di depan mulut jala mereka memukul mukul kepermukan air, dengan bambu yang ujung bambu dibuat lebih membesar, sehingga meminbulkan suara di air dan sesekali mereka mukul mukul badan sampah buat suara. Paduan kedua sumber suara seakan akan membuat sebuah harmonis suara yang begitu indah dialam yang asri itu.
Dan saya satu hanya memasang pancing dengan umpan CACING. Dia hanya memancapkan kailnya di pingiir danau diantara ENCENG GODOK itu. Setelah mereka siap melakukan aktifitas saya ajak mereka duduk bersama sambil memesan kopi sambil ngobrol Saya hampir menghabisi 2 jam lebih duduk menyaksikan aktifitas mereka sambil sesekali saya moto mereka
Alam yang asri, udara yang bersih, walaupun terik mentari terasa sedekit panas, tetapi akan terhapusi dengan hembusan angin yang sepoi sepoi senjuk. Air danau sedikit berombak , tapi bersih dan nyaman, Tidak kelihatan KJA (Kerambah jaring apung) sebuah pun, dibagian sebelah kiri saya ada jejeran rumah penduduk yang konon katanya itu rumah tinggal sambil menjadi pasar pagi buat penduduk disekitar sana. Dan hasil tangkapan ikan akan mereka jual keesok paginya
Dalam pembicaraan itu saya bertanya, apakah dengan aktifitas mencari ikan ini bisa hidup layak. Mereka mengatakan dengan tegas bisa. Dan mengapa mereka tidak mebuat KJA, jawab mereka dari mana dapat uang membuat jaring apung, dan dimana ada uang beli pakam ikan? Dan menurut mereka KJA sangat berbahaya mengancam kelestarian danau toba
So, saya bertanya jadi KJA itu milik siapa? Mereka menjawab itu pemilik orang yang punya duit dari luar. Dan saya bertanya lagi Apakah dengan ada KJA kesejaterahan mereka meningkat. Jawab mereka tidak mereka hanya mendapat bahaya aja.
Tak terasa saya duduk disana begitu lama. Sampai jam 6.30 sore saya baru permisi sama mereka pulang ke Pangururan, dengan janji di hati saya , saya pasti akan kembali ke sana. Menginginkan nuasa asri yang mereka pertahakan.
Kesejahteran kadang bukan di nilai dengan uang. Tapi kedamai hati itu tak bisa dibeli dengan apapun. Teriring doa buat nelayan tradisionar. TUHAN takan mematikan ciptanya, kalau sang CIPATAN nya mau mematikan dirinya