Pendidikan sering kali dianggap sebagai jalan utama menuju kesuksesan. Namun, di zaman modern ini, makin banyak muncul kisah individu sukses tanpa pendidikan tinggi. Beberapa dari mereka berhasil membangun perusahaan besar, meraih ketenaran, atau memiliki penghasilan fantastis hanya dengan berbekal keterampilan dan pengalaman langsung dari lapangan. Contohnya, para pelaku industri digital seperti pembuat konten, influencer, hingga pengusaha teknologi yang menciptakan terobosan besar. Fenomena ini memunculkan pertanyaan: apakah pendidikan formal masih relevan untuk mencapai sukses, ataukah jalan lain kini terbuka lebih lebar tanpa harus menempuh pendidikan tinggi?
Untuk memahami lebih dalam, perlu diperhatikan perbedaan antara dua perspektif utama ini. Di satu sisi, pendidikan formal dinilai memberikan fondasi dasar, keterampilan analitis, dan pemahaman yang mendalam. Pendidikan ini juga sering kali menawarkan sertifikasi yang menjadi tolok ukur kemampuan seseorang di pasar kerja. Di sisi lain, orang-orang yang berhasil tanpa pendidikan tinggi, seperti Bill Gates dan Mark Zuckerberg, memiliki kelebihan tersendiri---mereka mengembangkan keterampilan langsung dari praktik nyata. Mereka mungkin tidak memiliki ijazah perguruan tinggi, tetapi memiliki kreativitas, ketekunan, dan akses pada teknologi serta jaringan yang mendukung. Sebaliknya, mereka yang memilih pendidikan formal mendapatkan struktur yang dapat membentuk mereka untuk mampu menghadapi tantangan yang berbeda dan beradaptasi dengan kebutuhan dunia kerja.
Untuk menggambarkan perbedaan ini, bayangkan dua individu yang ingin berkarier di bidang teknologi. Yang pertama adalah seorang lulusan universitas dengan gelar teknik komputer, sedangkan yang kedua adalah seorang otodidak yang mempelajari pemrograman secara mandiri. Lulusan universitas akan memiliki pengetahuan teoretis yang lebih kuat tentang ilmu komputer, pemrograman, dan mungkin sudah berpengalaman dalam mengerjakan proyek penelitian. Ia telah mempelajari dasar-dasar dari kurikulum yang diakui, memahami konsep-konsep mendasar, dan memiliki kredibilitas yang biasanya diakui perusahaan besar. Sementara itu, seorang otodidak mungkin memiliki keterampilan teknis praktis yang setara, tetapi ia belajar dengan mencoba langsung, menyelesaikan proyek yang bisa ia pilih sendiri, dan memiliki pengalaman mengatasi masalah di lapangan. Dua individu ini sama-sama mampu, tetapi latar belakang pendidikan mereka memberikan pendekatan dan cara pandang yang berbeda.
Beberapa contoh nyata yang kerap digunakan untuk mendukung gagasan bahwa pendidikan tidak selalu penting dalam meraih kesuksesan adalah Steve Jobs, pendiri Apple, dan Oprah Winfrey, ratu media. Jobs dikenal sebagai salah satu inovator terbesar dalam teknologi modern, dan pencapaiannya sebagian besar didorong oleh keingintahuan, kreativitas, dan kemampuan bisnisnya. Begitu pula dengan Oprah, yang berhasil membangun karier luar biasa di dunia media meski memiliki latar belakang pendidikan yang sederhana. Namun, perlu dicatat bahwa meski keduanya tidak menyelesaikan pendidikan tinggi, mereka memiliki kepribadian yang luar biasa serta kecerdasan emosional dan ketekunan yang kuat. Jobs dikenal sebagai sosok perfeksionis dengan visi besar, sementara Oprah punya dedikasi tinggi terhadap pekerjaan dan kemampuan komunikasi yang luar biasa. Kisah sukses mereka lebih merupakan pengecualian daripada aturan umum, karena tidak semua orang bisa memiliki modal pribadi yang sama.
Saya pribadi meyakini bahwa pendidikan formal tetap memiliki nilai penting, meskipun jalan menuju kesuksesan kini lebih beragam dan terbuka luas. Pendidikan bukan hanya tentang mengumpulkan informasi atau mendapatkan gelar, tetapi juga tentang mengembangkan keterampilan berpikir kritis, kemampuan memecahkan masalah, dan belajar bekerja dalam struktur yang terorganisir. Pendidikan juga berperan dalam pembentukan karakter, mengajarkan tanggung jawab, disiplin, dan menghargai proses belajar yang sering kali membutuhkan waktu dan usaha. Di samping itu, pendidikan juga memberikan sertifikasi yang masih menjadi tolak ukur kemampuan dan keahlian seseorang. Namun, di tengah kemajuan teknologi dan akses informasi yang semakin mudah, pendidikan memang perlu disesuaikan dengan kebutuhan zaman dan membuka ruang bagi pengalaman langsung yang nyata.
Jika kita mengibaratkan perjalanan menuju kesuksesan seperti membangun rumah, pendidikan adalah fondasi yang akan menentukan seberapa kokoh rumah itu. Bagi sebagian orang, mungkin mereka bisa langsung membangun tanpa fondasi yang terlalu dalam, tetapi ketika badai atau masalah datang, mereka akan lebih mudah goyah. Fondasi yang kokoh adalah pendidikan yang memberikan struktur yang kuat. Di sisi lain, ada pula yang memandang pendidikan sebagai sekadar "papan nama" di depan rumah. Tanpa kemampuan atau pengalaman nyata, rumah itu mungkin berdiri dengan papan nama yang terlihat megah, tetapi isi di dalamnya kosong. Maka, apakah pendidikan adalah fondasi atau sekadar papan nama, sangat bergantung pada bagaimana seseorang memanfaatkannya dalam perjalanan hidupnya.
Dalam era modern ini, kita menyaksikan berbagai macam bentuk pendidikan yang semakin beragam. Mulai dari pendidikan formal di sekolah dan universitas, hingga pendidikan alternatif yang memungkinkan seseorang belajar secara mandiri dari berbagai sumber di internet. Pendidikan tidak lagi hanya berfokus pada teori, tetapi banyak yang kini lebih menekankan pengalaman langsung, keterampilan praktis, dan penyesuaian terhadap perkembangan industri. Di berbagai perguruan tinggi, misalnya, muncul program-program yang menggabungkan pembelajaran akademik dengan pengalaman kerja nyata melalui magang, proyek riset, atau kolaborasi dengan industri. Pendidikan kini bukan sekadar soal meraih nilai tinggi atau ijazah, tetapi tentang bagaimana seseorang bisa beradaptasi dengan perkembangan teknologi, berinovasi, dan terus belajar seiring perubahan zaman.
Pada akhirnya, pendidikan tetap memiliki peran penting dalam membantu seseorang mencapai kesuksesan. Meski jalan menuju sukses kini lebih fleksibel dan tidak selalu memerlukan pendidikan formal, pendidikan tetap menyediakan dasar yang memungkinkan individu mengembangkan kemampuan, karakter, dan kepercayaan diri dalam menghadapi tantangan hidup. Kesuksesan bisa dicapai melalui berbagai cara, tetapi pendidikan, baik formal maupun non-formal, tetap menjadi elemen penting yang tidak dapat diabaikan begitu saja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H