Lihat ke Halaman Asli

Seimut Kisah Kepemimpinan dari Kota Manado 2008

Diperbarui: 21 Desember 2016   13:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Hari tu,  jam menunjukkan pukul 10.45 waktu kota Manado.Seperti biasa, saya  mengamati hasil penjualan rokok X Mild para salesman kanvas di ruang kerja.

Pengamtan data penjualan  kerap saya lakukan guna  menemukan titik kelemahan tim sales  dalam meningkatkan penjualan produk  di minggu ke tiga.Dari sini saya bisa menemukan obat mujarab mendongkrak penjualan pada minggu terkhir bulan berjalan.

Betua saja, saya menemukan 8 toko type grosir non repeat order.  Empat toko dibawah domain Agus Lapian,  dan 4 toko domain Deni Morong.Semuanya toko luar kota.Akibatnya, omzet minggu dua drop sekitar 65 juta.Lumayan banyak.

Tetapi disaat saya hendak menelpon Agus yang kebetulan sedang berada di Kotabunan.Tiba-tiba   pintu ruangan saya digedor.Tak seperti biasa.Kali ini ketukannya seperti ketukan polisi yang sedang melakukan penggrebekan. Pak..pak..pak..!!

Sambil berjalan mendekti pintu,dalam hati saya berkata,"Tamu yang datang kali ini past ilah sedang emosi.Tapi siapa yah?".

Ternyata yang datang Sudara Eman,salesman kanvas khusus dalam kota Manado,yang saya pecat minggu lalu.Terang saja karena Eman,sesuai hasil investigasi tim audit, terbutkti tidak menyetor uang tagihan satu toko di Jln.Sam Ratulangi (SAMRAT).

Uang serotoran toko 325 ribu masuk kantong pribadi.Ya benar, Eman korupsi.Begitulah.

Entah apa maksud Eman menemui saya hari itu.Tapi kuat dugaan saya,  Eman datang untuk menyampaikan  keberatanya pada managemen yang langsung mengambil tindakan cut off" padanya. Ia merasa dierlakukan tidak adil oleh managemen.

Dugaan saya tidak meleset.

Setelah saya persilahkan duduk.Tak perlu lama Eman langsung memukul meja saya.Brak..brak...brak...!!.Tentu saja saya kaget.Tapi, saya cepat mengendalikan perasaan dengan memeberikan senyum padanya.

"Ok Pak Eman.Silahkan bicara.Keluarkan semua unek-unek di sini.Saya akan mendengarkan baik-baik", begitu saya membuka pembicaraan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline