Lihat ke Halaman Asli

Penjajahan Kompeni

Diperbarui: 17 Juni 2015   06:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Bapak saya adalah seorang pedagang. Beliau, menurut saya, termasuk pedagang sukses. Kriteria kesuksesan; mampu membangun rumah, membiayai pendidikan anak-anaknya sampai sarjana. Beliau diberi kemudahan melakukan hal tersebut, a succes story.

Tapi beliau bukan pengusaha. Beda pengusaha dan pedagang; pengusaha pergi berlibur meninggalkan usahanya masih untung. Pedagang meninggalkan usahanya, malah buntung. Maka lebih enak menjadi pengusaha ketimbang pedagang, tapi saya malah tidak kedua-duanya; pegawai kantoran.

Berdagang merupakan aktivitas ribuan tahun. Rasul Muhammad SAW juga para sabahat-sahabatnya adalah pedagang. Secara khusus Baginda Rasul SAW mendoakan para pedagang, “pedagang yang jujur dan terpercaya akan dibangkitkan bersama para Nabi, orang-orang shiddiq dan para syuhada,” bunyi sabda Baginda Nabi SAW.

Islam masuk ke bumi Nusantara juga melalui adanya interaksi perdagangan—selain bahwa ada utusan dari Khilafah Islam masa itu untuk mendakwahkan Islam di Nusantara. Munculnya Sjarikat Islam dalam masa pra kemerdekaan berlatar belakang dari Sjarikat Dagang Islam yaitu pada 16 Oktober 1905 didirikan oleh Hadji Samanhoedi, tiga tahun sebelum adanya Boedi Oetomo.

Mengapa memakai kata ‘dagang’? Menurut penulis buku Api Sejarah Ahmad Mansur Suryanegara, “Dagang itu kan pasar? Ya Nabi Muhammad SAW dulu juga pemegang pasar, sebagai wiraniagawan. Dan Islam ke Indonesia pun masuk dengan pasar. Kemudian ditentang oleh Belanda dengan pasar juga yakni Perserikatan Perusahaan Hindia Timur, Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC).”

“Coba mengapa Barat harus menggunakan nama Compagnie atau Company (perdagangan)? Karena Islam kuatnya dipenguasaan pasar. Maka pasar itu harus diambil alih oleh penjajah untuk dijadikan alat penghancuran Islam. Jadi Islam, pasar, dan nasionalisme itu menjadi satu.”

Penjajahan oleh Belanda di Indonesia juga diawali oleh perdagangan. Kompeni atau Kumpeni istilah populer di kalangan Indonesia merujuk pada para tentara Belanda yang bengis, daripada asal kata itu sendiri compagnie–perusahaan multinasional yang dibekingi oleh negara (Belanda), atau mungkin negara dibekingi pemilik modal.

Pada pertengahan abad ke-18 VOC dibubarkan. Bukan berarti sekarang sudah tidak lagi walau berganti chasing; perusahaan multinasional tapi mendapat perlindungan ekstra dari negaranya, semacam PT Freeport.

Freeport meski sebuah company tapi dibelakangnya ada Amerika. Ketika Indonesia ingin memutus kontrak dengan PT Freeport, misal karena alasan tahun 2014 Freeport tidak membagikan dividen atas hasil tambang emas di Papua, Indonesia tidak bisa melakukannya.. Layaknya pribumi tidak mampu  melawan menir.

Kadang hidup adalah pengulangan sejarah. Dan penjajahan menemukan caranya sendiri mengikuti roda zaman. Nyatanya ia tidak berakhir; berganti nama dan cara; dari rempah-rempah ke emas, dari fisik ke perundangan. Sejarah bukannya tidak memberi pelajaran, tapi kadang kita abai atau mungkin melupakan. []

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline