Kisah (yang mugkin fiktif, mungkin juga pernah terjadi) ini terbenam dalam otak saya sejak pertama kali membaca dongeng klasik Abunawas lebih dari 15 tahun silam. Tapi ngga' tahu kenapa tiba-tiba nongol lagi di benak saya yang memungkinkan untuk saya share dengan Anda semua dalam baris-baris berikut...
---
Warga di sekitar kediaman Abunawas diresahkan dengan hadirnya seorang "praktisi riba"(maaf, ini istilah baru... istilah umumnya adalah rentenir). Bukan Abunawas namanya jika dia tidak menemukan ide cemerlang untuk mendakwahi orang tersebut dengan "serangan jitu" yang selalu bernuansa humor.
"Wa'alaikumussalaam...!", sambut si praktisi terhadap kehadiran Abunawas di rumahnya, "Silakan mazuk wahai tetanggaku."
"Afwan akhiy, ane butuh bantuan nih... Bini ane beli ikan besar tapi ane kaga' punya panci yang cukup besar untuk memasaknya. Kalau boleh ane mau pinjem panci yang ente punya?!", kata Abunawas.
"It's okay, no froblem! I'll give you what you need. Zangankan cuma fanci, dinar & dirham zuga tersedia bagi siafafun yang membutuhkan finjaman ke ane. Yang fenting fara nasabah ane faham dengan term & condition alias ketentuan-ketentuan yang berlaku.", jawab si praktisi.
("Hmm.. dasar rentenir jablay!")... gumam Abunawas dalam hati.
Sesaat kemudian Abunawas keluar dari rumah si praktisi sambil menenteng sebuah panci ukuran jumbo.
---
Dua hari kemudian...
"Aduuh... kang Abu," kata si praktisi sambil menerima panci yang dibalikin oleh Abunawas, "Lho, di dalam fanci ane ada fanci kecil... masih baru lagi, mengkilat, indah... ini funya siafe?"
"Begini akhiy, saat terbangun pagi tadi... ane ngedapetin panci besar yang ane pinjem melahirkan panci kecil ini. Yach, mugkin karena panci ente ini juga paham dengan term & condition. Hehe...", jawab Abunawas.
"OK... maqacih yee... ntar kalau butuh fanci lagi zangan sungkan-sungkan hubungi ane!"
---
Selang beberapa waktu kemudian Abunawas meminjam panci yang sama, tapi setelah 3 hari panci tersebut belum juga dikembalikan. Si praktisi yang berharap untuk memperoleh panci tambahan yang baru mulai cemas & penasaran. Segera dia menghampiri Abunawas di rumahnya, namun dia mendapati Abunawas sedang bermuka sedih ...
"Yaa akhiy... engkau pasti datang untuk perihal panci yang kupinjam. Sebenarnya tadi aku bermaksud untuk mengembalikan padamu. Tapi aku begitu shock ketika melihat panci tersebut sudah meninggal dunia tadi pagi, kuburannya ada di belakang rumahku ini," jelas Abunawas.
"Astaghfirullah... ente zangan mengada-ada kang Abu... Mana mungkin fanci bisa meninggal dunia, imfossible tau!!!", gertak si praktisi.
Abunawas menjawab dengan suara lembut, "Bagaimana mungkin engkau tidak percaya wahai saudaraku... Sesuatu yang bisa beranak pasti juga akan mati. Bukankah ini sunnatullah, setiap makhluk hidup pasti akan mati. Bagaimana mungkin pancimu bisa beranak kalau ia tidak hidup. Dan engkau sendiri yang menerima bayi panci itu beberapa waktu lalu. Sekarang, engkau tidak mau menerima kenyataan akan kematian pancimu..., istighfar-lah wahai saudaraku!"
Sejurus berikutnya si praktisi meninggalkan Abunawas tanpa sepatah katapun, menyadari bahwa dia sedang berhadapan dengan korban yang salah.
___
"Allah akan memusnahkan riba, dan Dia akan menyuburkan sedekah..."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H