pohon sengon milik warga Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah diserang hama ulat kantung sehingga menghambat pertumbuhan tanaman itu, bahkan mampu mematikan.jumlahnya ratusan ribu yang terkena
Menurut Penyuluh Kehutanan Dinas Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan Kabupaten Pekalongan, Hartoyo, di Pekalongan, Sabtu, mengatakan, merebaknya hama dan penyakit tanaman sengon karena dampak sistem monokultur sengon yang melimpah dan konsentrasi sumber pakan bagi hama dalam satu hamparan.
Hama ulat kantung itu, katanya, mulai masuk ke wilayah Kabupaten Pekalongan sejak 2009 karena sebelumnya hama tersebut hanya menyerang tanaman sengon di Kabupaten Banyumas dan Sukoharjo.
"Kami memperkirakan hama ulat kantung itu berasal dari bibit sengon yang dibeli petani dari daerah lain karena pada 2008, budidaya tanaman sengon cukup aman dari serangan hama tersebut," katanya.
Ia mengatakan, hama ulat kantung tersebut akan menyerang pohon sengon, terutama yang ditanam di lahan dengan ketinggian 500 meter di atas pemukaan air laut (dpl).
"Adapun, sejumlah lahan tanaman sengon yang terserang hama tersebut, antara lain di Kecamatan Kajen, Kesesi, Doro, dan Bojong," katanya.
Ia mengatakan, penyebaran populasi hama ulat kantung akan berlangsung cepat sehingga dikhawatirkan akan menghambat pertumbuhan pohon sengon dan mematikan jika tidak segera mendapatkan penanganan.
"Pengendalian hama ulat kantung dapat dicegah dengan menggunakan insektisida alami, yaitu berupa campuran satu kilogram daun dan batang tembakau yang dihancurkan ditambah satu sendok sabun colek, dan 15 liter air. Campuran itu diredam selama 24 jam, setelah itu kemudian disaring dan siap disemprotkan ke tanaman sengon," katanya.
Menurut dia jumlah lahan tanaman sengon di Kabupaten Pekalongan mencapai sekitar 19 ribu hektare sedangkan rata-rata petani menanam 800-1.600 pohon sengon/hektare dengan jarak tanaman sekitar dua sampai tiga meter.
"Namun, tanaman sengon biasanya ditanam petani dengan diselingi tanaman lainnya, seperti kapulaga dan salak," katanya.perlu diganti atau diselingi jabon
kenapa harus jabon ?