Lihat ke Halaman Asli

Demo Kenaikan BBM, Mahasiswa Ajak Kenang Sultan Syarif Kassim II

Diperbarui: 17 Juni 2015   17:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

ORASI pendemo kali ini membuat Young Petah terharu. Dalam aksi protes kenaikan harga bahan bakar bersubsidi (BBM) itu, para mahasiswa mengajak semua orang mengenang jasa pahlawan nasional asal Riau, Sultan Syarif Kassim II.

Sultan terakhir Kerajaan Siak yang secara sukarela menyerahkan negeri ini dan kekayaannya kepada Ir Soekarno untuk bergabung dengan NKRI. Betullah kata mahasiswa tu, dan pemerintah pusat seharusnya melakukan hal serupa. Ibaratnya, “jangan lupa kacang pada kulitnya”. Ia mengatakan bahwa presiden pertama Indonesia Ir Soekarno, telah berjanji akan menyejahterakan rakyat Riau.

Demo mahasiswa tu memang dah Young Petah telah dari awal. Saat Presiden RI Joko Widodo mengumumkan kenaikan harga BBM sebesar Rp2000 untuk premium dan solar, pasti akan memancing adrenaline para mahasiswa untuk melakukan protes keras kepada pemerintah. Salah satunya, tentu saja mahasiswa Riau. Tak henti-hentinya mahasiswa melakukan unjuk rasa di seluruh Indonesia. Berbagai organisasi mahasiswa turun ke jalan.

Ba’da Jumat (21/11/2014), sekitar pukul 14.00 WIB, puluhan mahasiswa yang di komandoi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Riau dan Kepulauan Riau, melakukan unjuk rasa di depan Kantor Gubernur Riau. Aksi yang dimulai dari Pustaka Wilayah Soeman HS yang bersebelahan dengan Kantor Gubernur Riau itu. Selain HMI, aksi ini juga diikuti Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI), Ikatan Mahasiswa Minang Rantau Riau (IMAMARU) dan Ikatan Mahasiswa Kecamatan Mandau (IMKM).

Aksi tidur di jalan pun dilakukan. Dalam orasinya, Tata Haira sebagai Koodinator Aksi menyatakan aksi tidur di jalan sebagai simbol matinya keadilan di negara ini. Dengan lantang, Tata juga menyampaikan bahwa Jokowi telah mengkhianati rakyat dengan gaya blusukanya. Gaya blusukan itu dianggapnya sebagai pencitraan agar masyarakat Indonesia simpati dan bersedia memilih Jokowi sebagai Presiden Indonesia.

Dah penat berorasi, massa Aksi akhirnya pun melakukan aksi menggoyang-goyang pintu pagar kantor gubernur. Tak pelak, unjuk rasa agak sedikti ricuh. Semprotan air mineral ke Satpol PP yang menahan pintu pagar pun dilakukan oleh massa aksi. Pihak aparat yang sudah berjaga-jaga sejak awal bersiap-siap untuk menghindari kerusuhan. Seorang aparat menghubungi temannya untuk datang membawa perlengakapan pertahanan, seperti lembing dan tongkat keamanan. Situasi menggoyang-goyang pintu pagar tak berjalan lama, setelah seorang aksi menunjuk untuk turun dan berdiri di jalan. Lain disuruh lain pula yang terjadi. Beberapa orang aksi tiba-tiba saja menahan mobil flat merah. Sontak massa aksi berkerumun datang. Ada yang menaiki atap mobil, ada juga yang menendang dan memukul-mukul Mobil. Keadaan kembali ricuh. Melihat kondisi seperti itu, sopir mobil langsung melaju setelah ada perintah dari pihak aparat.

Setelah mobil melaju dan tak terlihat lagi ke mana arahnya, Tata menyeru kepada aksi masa untuk duduk di badan jalan. Macet pun terjadi. Kendaraan yang melintas menuju pasar pusat diarahkan polisi untuk melewati Jalan Gajah Mada.

Di badan jalan ini pun orasi dilanjutkan. Secara bergiliran perwakilan organisasi mahasiswa menyampaikan keinginannya. Orasi silih berganti. Sejak pukul 14.30 hingga 16.30 WIB, massa aksi tak henti-hentinya menyuarakan pendapat dan tuntutan. Tepat pukul 17.00 WIB, di bawah arahan Tata Haira, para ketua organisasi mahasiswa berdiri di atas patung titik nol untuk menyampaikan tuntutannya. Massa aksi mendesak Gubernur Riau untuk menyatakan bersama-sama rakyat menolak kenaikan harga BBM, mendesak Presiden Joko Widodo segera mencabut kebijakan Penaikan Harga BBM karena ini sangat tidak konstitusional, menuntut Presiden Joko Widodo untuk memberantas para Mafia Migas, dan mengutuk tindakan represif aparat keamanan baik Polri maupun TNI yang melakukan tindakan kekerasan terhadap aksi mahasiswa.

Selesai menyampaikan tuntutan, massa aksi pun membubarkan aksi. Pembubaran ditandai dengan mengelilingi tugu titik nol. Layaknya tawaf. (petahmelayu.com)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline