Lihat ke Halaman Asli

Hidup Menjelang Ajal

Diperbarui: 25 Juni 2015   22:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_157469" align="alignleft" width="150" caption="Pemimpin Korea Utara"][/caption] Korea Utara sedang di rudung duka yang mendalam karena pemimpin mereka “ KIM JONG-IL meninggal dunia secara mendadak karena serangan jantung.Kematian yang tidak disangka-sangka itu sangat berlawanan dengan keadaan yang diramu sedemikian rupa agar sang pemimpin dapat berumur panjang. Salah satunya adalah memiliki tim medis yang terdiri dari 200 dokter yang tugasnya, mengontrol makanan, minuman, dan kesehatan pria yang bertakhta sejak tahun 1994.

Dipihak lain, suatu kejadian yang seharusnya memang merenggut ajal justru tidak terjadi. Pesawat latih jenis Cessna milik Wings Flying School (WFS), anak usaha Lion Air, jatuh di tepi pantai Cirebon, Jawa Barat pada tanggal 19 Desember 2011. Insiden itu membuat kondisi pesawat rusak berat. Terutama di bagian depan dan ekor. Untung, dua penumpangnya selamat.

Dua peristiwa yang memiliki latar belakang berbeda, yang satu mempersiapkan sedemikian rupa dengan biaya yang cukup besar agar dapat memperpanjang umur, namun tiba-tiba meninggal dunia. Peristiwa lain, tidak mempersiapkan sedemikian rupa, mengalami kecelakaan dan seharusnya meninggal dunia, tetapi dapat selamat. Ya… sebuah renungan, bahwa tidak ada seorangpun yang dapat menentukan seberapa lama ia akan hidup di dunia ini. Semuanya menjadi rahasia yang tak seorang pun dapat tau, hanya Tuhan yang menentukan kapan saat itu tiba.

[caption id="attachment_157470" align="alignright" width="150" caption="Pesawat Cesna"][/caption]

Lalu bagaimana kita menyikapi waktu yang tidak menentu itu? Ada berbagai pilihan, ada orang-orang yang sibuk dengan memberikan diri untuk menghabiskan waktu melakukan hal-hal yang mermanfaat bagi orang lain. Seperti yang dilakukan oleh perusahaan kopi terkenal kapal Api dengan slogan baru “Secangkir Semangat, Selangit Harapan”. Sebuah gerakan mengumpulkan buku untuk dibagikan ke sekolah-sekolah di pelosok Indonesia yang disalurkan melalui sebuah Yayasan Indonesia Mengajar yang digagas oleh Anis Bawesdan sang Pemimpin Universitas Paramadina.

Pilihan kedua, adalah pilihan untuk menikmati hidup dengan berbagai sifat konsumerisme tanpa mempedulikan dari mana uang yang akan dibelanjakan. Pilihan ini nampak jelas dari kisah “Melinda Dee”. Dalam setahun, Melinda menghabiskan Rp. 13,6 Milyar. Gaya hidup yang benar-benar “Borjuis” dengan kegemaran untuk berbelanja mobil mewah. Satu unit Range Rover, 2 Ferrari (Scuderia dan California) seharga lebih dari Rp. 11 Miliar, 1 Hummer H3 dengan banderol Rp. 1,2 miliar, dan 1 Mercedes-Benz tipe E350 senilai Rp. 1,4 miliar sehingga total keseluruhan Rp. 13,6 Miliar.

Pilihan ada dalam diri kita masing-masing, kisah di atas hanya sekedar contoh, tingkah laku manusia untuk mengisi waktu-waktu menjelang ajal. Sebuah slogan yang seharusnya terus kita dengungkan dalam hati yaitu “Bersikaplah seakan-akan kita akan mati besok, dan berkaryalah seakan-akan kita akan hidup seribu tahun lagi” (itu kalau tidak salah loh… soalnya sedikit lupa). Karena pada akhirnya, kita akan mempertanggung-jawabkan apa yang sudah kita lakukan kepada Sang Maha Kuasa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline