Lihat ke Halaman Asli

Antonius Muardi

Mahasiswa PPG Calon Guru

Refleksi Mulai Dari Diri Mata Kuliah Pemahaman Tentang Peserta Didik dan Perkembanganya Topik 1

Diperbarui: 30 September 2024   08:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Setiap individu tentu saja pernah mengenyam pendidikan formal. Ceritakan pengalaman menarik Anda, ketika Anda menjadi seorang peserta didik yang berusaha memahami penjelasan dari guru Anda. (Cerita diharapkan memuat gambaran kondisi pada saat itu, upaya apa yang Anda lakukan untuk dapat memahami penjelasan guru, dan apa saja yang dilakukan oleh guru Anda pada saat itu untuk membantu Anda memahami pelajaran tersebut).

 Pengalaman yang paling berkesan dalam proses pendidikan formal saya ketika saya berusaha untuk memahami penjelasan dari guru yaitu pengalaman pada saat saya masih kelas 1 Sekolah Dasar. Saya masih mengingat betul bagaimana cara saya berusaha untuk memahami penjelasan dari guru saya pada materi mengenal abjad, menghitung bilangan 1 sampai bilangan 20. 

Cara yang saya lakukan untuk memahami penjelasan dari guru tersebut yaitu dengan berbuat curang yang dimana berbuat curang ini, yang saya lakukan dengan cara menyontek. Contekan yang saya laksanakan adalah saya menulis huruf abjad dan menulis bilangan 1 sampai 20 di atas meja dan di samping meja. 

Dengan begitu ketika guru bertanya tentang abjad dan tentang bilangan 1 sampai 20 saya selalu bisa menjawabnya pada saat itu. Saya sedikit memberi penjelasan mengapa sampai saya berbuat curang (menyontek). Alasan saya menyontek dalam pembelajaran karena pada saat pembelajaran ketika guru memberikan pertanyaan dan kami tidak biasa menjawab maka kami akan mendapatkan sangsi diantaranya: Tempeleng (tamparan di pipi), berlutut, mendapatkan cubit di perut, dan dipukul oleh kayu mistar (ukuranya hamper satu meter), karena saya takut mendapatkan hukuman tersebut maka jalan ninja yang saya lakukan dengan cara menyontek agar selamat dari hukuman dari guru.

Akan tetapi jalan ninja yang saya lakukan (menyontek) rupa-rupanya tidak berjalan dengan mulus dikarenakan guru saya pada saat pembelajaran melihat hasil contekan saya di atas meja dan di samping meja itu. Ketika guru saya mengetauhi saya berbuat curang saya mendapatkan hukuman tempeleng dan berlutut dan itu sangat menyakitkan jiwa dan raga saya. Tetapi hebatnya guru saya dulu dia tidak dendam dengan saya dan dia berusaha mengajarkan kepada saya agar dalam pembelajaran kita tidak boleh menyontek karena katanya menyontek adalah tindakan untuk membuat otak kita bodok atau malas berpikir. Ternyata dalam kelas saya waktu itu bukan hanya saya yang menyontek ternyata teman teman saya yang lain juga menyontek dengan gaya yang sama seperti saya dan ada juga yang menyontek memakai kertas kecil (kertas yang sudah di tulis Abjad dan bilangan 1 sampai 20 kemudian di lipat sekecil kecilnya). Dengan melihat realita yang terjadi di kelas tersebut guru saya kemudian lagi-lagi mengingatkan kami agar tidak boleh melakukan tindakan yang curang. Kemudian pembelajaran berikutnya untuk mengatasi persoalan yang sama guru saya menempelkan dua buah kertas (dulu waktu SD kami menyebutnya kertas manila yang dimana ukuranya sekitar 10 * 10 cm) di dinding yang isi di kertas tersebut adalah huru abjad dan bilangan 1 sampai 20. Dengan begitu setiap hari sekolah kami terus-menerus melihat kedua konten materi tersebut sehingga dengan begitu kami bisa memahami dan mengingat kedua materi tersebut.

Saat pembelajaran berlangsung, seorang guru menyadari bahwa peserta didik di dalam kelas terlihat kurang bersemangat mengikuti pembelajaran. Saat itu, guru berinisiatif untuk memberikan hadiah kepada peserta didik yang bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru. Setelah satu bulan, guru itu tidak lagi memberikan hadiah kepada peserta didik ketika berhasil menjawab pertanyaan guru. Akan tetapi peserta didik tetap bersemangat menjawab setiap pertanyaan karena berharap akan mendapatkan hadiah dari guru ketika berhasil menjawab dengan benar. Setelah menyadari tidak ada hadiah lagi yang diberikan guru, para peserta didik kembali lagi kurang bersemangat saat belajar.

Menurut Anda, apa yang menyebabkan para peserta didik tersebut menampilkan perilaku seperti di awal pembelajaran (kurang bersemangat saat belajar)? Jika Anda menjadi guru, apa yang akan Anda lakukan agar semangat belajar peserta didik dapat bertahan walaupun tidak mendapatkan hadiah?

Dari persoalan yang di narasikan di atas saya mencoba memberikan jawaban terkait penyebab peserta didik kurang bersemangat saat belajar. Saya mencoba menganalisis perseolan tersebut dari beberapa sisi yaitu antara lain sebagai berikut:

Lingkungan Belajar

Penyebab peserta didik tidak bersemangat belajar kemungkinan besar factor lingkungan tempat dia belajar. Factor lingkungan ini ada dua yaitu lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.

Di lingkungan sekolah kemungkinan terbesar sekolah tersebut tidak memiliki aturan yang lebih baik dan fasilitas yang tidak memadahi. Contoh dalam lingkungan sekolah kemungkinan aturan jam masuk sekolah tidak dijalankan dengan baik dan juga saya berpikir kemungkinan guru jarang masuk ke kelas untuk memberikan materi pelajaran kepada peserta didik. Atau mungkin dalam sekolah tersebut tidak memiliki fasilitas-fasilitas penunjang pendidikan seperti kurangnya buku pelajaran di perpustakaan, kurangnya ketersediaan computer untuk fasilitas belajar peserta didik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline