Lihat ke Halaman Asli

suyani

Mahasiswa Undiksha

Menggali Makna Tradisi Ngerebeg di Tabanan, Harmoni dalam Tri Hita Karana

Diperbarui: 22 Oktober 2024   18:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Tradisi Ngerebeg yang dilaksanakan di Tabanan, Bali, merupakan wujud nyata dari penerapan filosofi Tri Hita Karana, yaitu konsep harmoni antara manusia dengan Tuhan, alam, dan sesama. Dalam upacara Ngerebeg, masyarakat, terutama anak-anak, berparade mengenakan riasan wajah dan tubuh yang menyerupai sosok-sosok mistis atau leluhur, sambil membawa atribut seperti tombak dan tameng. 

Ritual ini bertujuan untuk mengusir kekuatan negatif yang mengganggu kesejahteraan desa, sekaligus sebagai simbol perwujudan kekuatan magis yang melindungi masyarakat dari bahaya.

Dari perspektif parhyangan, hubungan antara manusia dan Tuhan terjalin dalam ritual ini melalui penghormatan dan persembahan yang dipersembahkan kepada para dewa dan leluhur. Melalui Ngerebeg, masyarakat berusaha menjaga keseimbangan spiritual dan memohon perlindungan dari Sang Hyang Widhi Wasa untuk keselamatan desa.

 Sementara itu, dari sisi palemahan, penggunaan alam seperti daun kelapa dan bahan-bahan alami lainnya sebagai bagian dari atribut ritual menunjukkan kedekatan dan penghormatan masyarakat terhadap lingkungan. Alam tidak hanya diperlakukan sebagai sumber daya, tetapi juga sebagai entitas yang harus dijaga dan dihormati.

Aspek pawongan terlihat jelas dalam semangat gotong-royong dan kebersamaan saat melaksanakan tradisi ini. Ngerebeg tidak hanya menjadi ajang untuk menjalankan ritual keagamaan, tetapi juga sebagai momen mempererat solidaritas dan persatuan di antara warga. 

Seluruh anggota masyarakat, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa, terlibat dalam persiapan dan pelaksanaan ritual, menunjukkan betapa pentingnya peran kolektif dalam menjaga tradisi dan adat istiadat.

Dengan demikian, Ngerebeg di Tabanan bukan sekadar ritual adat, tetapi juga manifestasi dari nilai-nilai Tri Hita Karana yang terus hidup dalam budaya Bali. Upacara ini mengingatkan kita akan pentingnya menjaga keseimbangan antara dimensi spiritual, lingkungan, dan sosial dalam kehidupan sehari-hari demi menciptakan harmoni yang berkelanjutan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline