Lihat ke Halaman Asli

Kenapa Hanya ADT dan NH Mafianya?

Diperbarui: 24 Juni 2015   08:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Dulu, dan dulu sekali di kompasiana ini kata mafia yang sering ditujukan kepada NH alias Nurdin Halid dan kelompoknya dianggap sebagai fitnah. Tapi giliran yang nulis pendukung KPSI, tidak ada yang berteriak menolak tuduhan mafia tersebut.

ADT dan NH dianggap sebagai biangnya mafia sepakbola Indonesia yang bisa mengatur siapa sang juara ISL bahkan sebelum kompetisi dimulai. Sayangnya, yang nulis artikel tersebut juga tidak menyertakan bukti-bukti bagaimana ADT dan NH bisa dianggap sebagai mafioso.

Sebenarnya tuduhan tersebut bukan hal yang baru karena sudah banyak artikel berseliweran tentang hal itu. Tapi karena yang nulis bukan dari kelompok (agar lebih mudah saya sebut) ISL lovers, tulisan seperti itu dianggap fitnah.

Dimana slogan yang dulu sering digaungkan, kalau terbukti mafia, lapor polisi dong?!. Sayang seribu sayang, kaitan mafia yang disebutkan "sang penulis" terkesan hanya untuk memperbagus, memperhalus dukungan, meninggikan dan menunjukkan bahwa ISL sekarang bukan ISL yang dulu penuh kepura puraan dan kebohongan. ISL sekarang dianggapnya sudah on the track dan menuju langkah-langkah positif dalam menggerakkan kompetisinya.

Tapi benarkah anggapan "sang penulis" tersebut? wallahu a'lam. Harusnya slogan "kalau terbukti mafia, lapor polisi" juga berlaku bagi dia...hehe

Yang kedua, ADT dan NH memangnya berjalan sendiri dalam menjalankan bisnis mafia sepakbolanya? kalau ada kata bijak, "jika ingin melihat sifat asli seseorang, maka lihatlah siapa sahabatnya yang paling dekat dengan dia", maka lihatlah siapa teman dekat NH dan ADT di federasi selama ini. Adakah teman-teman dekat NH dan ADT masih berkeliaran dan menguasai PSSI dan ISL?! tentu jawabannya, silahkan lihat sendiri siapa saja yang berada di roda federasi dan kompetisi ISL...hehe

Yang ketiga, dimana letak perbedaan ISL yang dulu dengan yang sekarang yang membuat ISL sekarang dianggap sudah on the track sedangkan yang dulu out of the track sedangkan yang mengelola juga sama?

Keempat, siapakah yang menjalankan, mem-backup dan mendanai ISL sekarang dan ISL yang dulu? kalau sumbernya sama, apa bedanya ISL sekarang dan dulu?

Kelima, siapakah penguasa klub-klub ISL saat ini yang dulu semuanya bersatu dalam wadah KPSI dan atas nama voter solo untuk menolak audit keuangan ketika zaman kisruh? kalau penguasanya sama, apa yang membedakan ISL sekarang dan yang dulu?

Keenam, Tentu mafia tidak akan bekerja sendirian, karena mafia bekerja layaknya perusahaan, ada bos, ada anak buah ataupun pimpro. Jika saat ADT dan NH berkuasa banyak pejabat PSSI saat ini juga bekerja bareng dengan kedua orang tersebut, tidakkah "sang penulis" juga bisa mengindikasikan orang-orang tersebut terkait dengan mafia? jika iya, apa bedanya orang-orang baru tapi lama tersebut saat dulu dengan sekarang? jika tidak, kenapa mereka dikeluarkan dari mafia sedangkan NH dan ADT dimasukkan dalam mafia padahal mereka bekerja bersama saat itu.

Ketujuh, siapakah pasangan NH saat jadi penguasa PSSI dulu? NDB bukan? tidak kah "sang penulis" juga memasukkan NDB sebagai mafia? rasanya kok tidak berani karena sekarang ini penulis artikel tersebut sedang gencar-gencarnya mendendangkan bahwa NDB sudah berhasil dan berjasa dalam sepakbola Indonesia. Tentunya hal ini mengacu kepada program SAD. Padahal kalau mau jujur, belum ada prestasi yang bisa dibanggakan dari program SAD tersebut. Bandingkan dengan hasil kerja Liga Kompas Gramedia yang bisa menelurkan ASIOP sebagai kampiun di kejuaraan internasional di Norwegia dan runner up di Swedia serta juara di Malaysia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline