Perihal Hidup
Pada setapak menuju pulang, di bawah langit yang tak bertiang, ada tentang yang tak ingin hilang---seseorang yang masih kujaga dalam doa; aku yang entah siapa; juga kepada siapa jatuh cinta sebenarnya.
Cemas demi cemas menyeruak di punggung faalku. Membuat muram jantung waktu. Sedang aku, masih menyulam kain rusak di antara tunggu; meski terbata-bata aku dalam menuju.
Mungkin benar, dalam hidup perlu merasa mati sebelum akhirnya dalam kedip yang dikedap sunyi, perihal terjadi pahit atau manis adalah kesadaran diri. Di mana bulan membuka matanya: bahwa serius dalam upaya juga perlu pada siapa; supaya tak belukar pandangan; mekar bunga setiap jalan.
Apa mungkin; dihidup ini memang perlu persetujuan dan rela, kita meresmikan lapang dada atas segala kenyataan yang menimpa. Bahwa kehilangan juga bentuk syukur paling mulia yang tak semua manusia menerima, siapa adalah apa yang dibentuk oleh kita, jatuh dan cinta adalah dua hal yang sama pentingnya; mengandung masing-masing makna.
Pemalang, 14 Desember 2024
(A.A)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H