Lihat ke Halaman Asli

DodiWidia Nanda

Ancora Imparo: I'm still learning: saya masih belajar

Novel Ghost Fleet Membagi Rakyat Indonesia ke Dalam 3 Tipe

Diperbarui: 28 Maret 2018   01:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ghost Fleet Membagi Rakyat Indonesia ke dalam 3 Tipe; Sombong, Pesimistis dan Objektif

Ghost fleet, begitu judul sebuah novel fiksi ilmiah yang dikarang oleh 2 ahli strategi asal Amerika Serikat, bernama PW Singer dan August Cole.

Sebenarnya, novel yang pertama kali dipublikasikan pada tahun 2015 ini tidak terlalu populer di kalangan masyarakat Indonesia terutama kelas menengah ke bawah. Karena memang peredaran novel ini lebih banyak dibaca oleh para akademisi dan kalangan masyarakat kelas menengah keatas.

Namun, belakangan novel ini menjadi sangat populer di semua kalangan masyarakat Indonesia. Mulai dari pejabat eksekutif, legislatif, yudikatif, akademisi hingga para masyarakat yang hampir saban hari nongkrong di warung kopi seperti tak mau ketinggalan membahas esensi dari novel ini.

Pemantiknya jelas, yaitu sebuah pidato politik yang disampaikan oleh "a prominent person" (orang terkemuka) di Negeri ini, yang bernama Prabowo Subianto. Di hadapan ribuan kader dan simpatisan partai Gerindra, Pak Prabowo dengan lantang menyampaikan isi dari novel ini, yang menyatakan bahwa Republik Indonesia bisa menjadi "failed state" (negara gagal atau yang mungkin musnah) pada tahun 2030 nanti.

Tak ayal pernyataan mantan Danjen Kopassus yang merujuk kepada isi novel fiksi tersebut telah menimbulkan pro dan kontra, atau silang pendapat di tengah-tengah masyarakat Indonesia. 

Sebagian ada yang menertawakan bahkan mengolok-ngolok apa yang disampaikan oleh Prabowo tersebut, dengan dalih bahwa Ketum sekaligus Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra tersebut telah ceroboh menjadikan sebuah karya fiksi sebagai referensi dan data dari orasinya.

Sebagiannya lagi beranggapan bahwa pidato Prabowo tersebut bisa dijadikan sebagai "wake up call" (peringatan untuk berhati hati saja), agar tidak mengabaikan atau menyepelekan apa yang dikisahkan di novel tersebut walaupun novel tersebut hanyalah sebatas karya fiksi. Untuk lebih detail, penulis akan mencoba mengklasifikasikan mereka kedalam 3 golongan seperti dibawah ini:

Pertama, mereka adalah orang-orang yang bisa dikatakan memiliki tingkat kepercayaan diri yang agak "kelewatan". Terlalu sombong, dan menganggap Indonesia tidak akan pernah runtuh secepat itu. Padahal, di dalam setiap agama yang diakui di Republik ini, sifat angkuh dan kelewat PD tersebut sangat dilarang dan harus dihindari oleh setiap penganut agama manapun. Memang, novel ini hanyalah karya khayalan belaka, namun kedua penulis novel tersebut bukanlah orang-orang sembarangan.

Mereka adalah para ahli yang memiliki data dan mempunyai ketajaman analisis yang sangat luar biasa. Apalagi probabilitas Indonesia untuk mengarah kepada "failed state" (negara gagal) itu tetaplah ada. Terutama jika "economic collapse" (penurunan kesejahteraan ekonomi masyarakat yang signifikan), "moral decay" (pembusukan moral) dan berkembangnya sentimen negatif seperti rasa ketidakadilan pemerintah dalam mengelola ragam kelompok komunal, ideologis dan primordial terjadi di Bangsa yang besar ini.

Kedua, adalah mereka-mereka yang sangat pesimis terhadap kemajuan Bangsa ini. Mereka menganggap pemerintahan saat ini tidak becus dalam mengurusi dan membawa Negeri ini kedalam perkembangan yang pesat. Padahal mereka lupa bahwa Negeri ini dibekali oleh Tuhan dengan "natural resources" (sumber daya alam) sekaligus "human resources" (sumber daya manusia) yang sangat berlimpah. Dengan bekal-bekal berharga tersebutlah prediksi kehancuran Negeri ini bisa dicegah sedari dini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline