Ada sebuah filsafat hidup yang digunakan pada masyarakat Jawa pada masa lampau untuk menjadi pedoman dan pandangan dunia yaitu etika Jawa Kuna yang mencakup berbagai aspek kehidupan, termasuk hubungan antara manusia dengan alam semesta.
Di dalam etika Jawa Kuna, terdapat hubungan yang saling mempengaruhi dan menentukan antara dua hal yang berbeda namun saling berkaitan antara Jagat Gumelar dan Jagat Gumulung. Jagat Gumelar adalah Buwono Agung (Makrokosmos) yang berisi tentang alam semesta. Sementara itu, Jagat Gemulung adalah Buwono Alit (Mikrokosmos) yang berisi tentang manusia.
Tatanan Makrokosmos Jagat Gumelar berdasarkan dimensi ruang waktu
- Pasaran Legi (Timur) bersimbol udara melambangkan fleksibilitas
- Pasaran Pon (Barat) bersimbol air melambangkan kasih sayang
- Pahing (Selatan) bersimbol api melambangkan semangat
- Wage (Utara) bersimbol tanah melambangkan kokoh dan;
- Kliwon (Tengah/Pusat).
Tatanan Makrokosmos Jagat Gumelar berdasarkan metafora jiwa
- Timur: Menjadi warna putih yang menggambarkan suka kekayaan, materi, properti dan kepemilikan, suka wanita, lupa asal usul, egoisme.
- Barat: Menjadi warna kuning yang menggambarkan suka metafisika, benda pusaka, makhluk gaib.
- Selatan: Menjadi warna merah melambangkan suka mencari ribut, bersifat antagonis, tidak harmonis.
- Utara: Menjadi warna hitam melambangkan suka makan, megkritik dan mencari kesalahan orang lain.
Tatanan Mikrokosmos Jagat Gemulung berdasarkan Metafora Jiwa: Tubuh, Jiwa, dan Simbol
- Lobang Hidung (Timur); menjadi warna putih; sukma purba, dihuni oleh Batara Bayu; atau teks SundaWiwitan Sang Hyang Wening_Wisnu
- Telinga (Barat), warna kuning: dihuni batara Sambu atau teks Sunda Wiwian Sang Hyang Wenang_ Brahma
- Bibir dan Mulut (Selatan), sukma wasesa, berwarna merah suka rebut berantam dan konflik dihuni oleh Batara Brahma atauteks Sunda Wiwitan Sang Hyang Guring Tunggal_Sang Hyang Guru Siwa:
- Mata (Utara).warna hitam, sukmanya langgeng, dihuni oleh Batara Sriten, atau teks Sunda Wiwitan Sang Hyang Tunggal_Mandala Agung:
Dengan 4 pancer ini memungkinkan dipahami menjadi Kenyataan jika dibantu oleh unsur ke 5 yakni "Sang Hyang Batara Kala" atau"Waktu"
Konsep Sadulur Papat Lima Pancer juga terkait erat dengan Etika Jawa Kuna. Sadulur Papat Lima Pancer adalah konsep kekerabatan yang dianut oleh masyarakat Jawa Kuno, terdiri dari lima hal sebagai berikut.
- Kakang kawah yang berarti air ketuban yang menyelemuti kita saat proses lahirnya kita ke dunia. Masyarakat kejawen menyebutnya dengan kakang kawah atau saudara lebih tua sebab keluar terlebih dahulu;
- Adi ari-ari atau ari-ari yang berarti plasenta yang keluar bersamaan dengan bayi sesudah lahir;
- Getih atau darah yang berarti darah sebagai komponen esensial yang ada pada tubuh bayi. Dan bayi juga diselimuti saat dalam kandungan;
- Puser atau pusar yang berarti tali plasenta yang menghubungkan antara ibu dengan anak. Bayi mendapat nutrisi dari ibunya melalui tali plasenta ini;
- Pancer adalah tubuh kita sebagai pusat kehidupan.
Setelah lahirnya bayi ke dunia atas kehendak Allah SWT, biasanya masyarakat kejawen mendoakan semua unsur-unsur pejaga yang tidak nampak ini (kakang kawah, adi ari-ari, getih dan puser).
Konsep ini mengacu pada lima kelompok kekerabatan yang saling terkait dan saling membutuhkan, yaitu Pancer, Tumenggung, Wedana, Wirasaba, dan Waranggana.