Lihat ke Halaman Asli

Tidak Punya Uang

Diperbarui: 24 Juni 2015   15:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bukan perkara mudah bagi Ibu Usi, begitu saja kalian menyebutnya, bertahan hidup. Bagaimana tidak, sebagai pegawai negeri golongan tiga, ia harus menghidupi tiga manusia setiap harinya. Akhir minggu tiba, sudah saatnya bagi Bu Usi untuk memberikan uang saku bagi dua anaknya yang masih duduk di bangku perguruan tinggi.

"Ah, ya sudah Buk, besok pagi saja dikasih uangnya. Kan masih besok aku ke Surabaya lagi." "Oke, baiklah." "Lagian percuma saja, Ibu kan sedang tidak punya uang," kata Ima, melengos, sambil menghadap laptopnya lagi. Ia merasa frustasi kenapa masalah finansial keluarganya tidak segera beranjak pergi. Sementara itu, Ibu Usi tetap sibuk memasak, sesekali ia menawarkan teh hangat, atau camilan-camilan yang sudah selesai dibuat kepada anak-anaknya, tak terkecuali Ima. Lama kelamaan Ima merasa tidak enak. Segera ia mendekati ibunya, "Bu, kok nggak sedih sih kalau sedang nggak punya uang?" "Buat apa sedih? Kalau sedih uangnya lantas datang sendiri begitu? Percaya saja Tuhan tidak pernah tinggal diam." Ima terdiam, ia kagum dengan Ibunya. Seperti biasa. Sering kita merasa bingung luar biasa karena tidak punya uang. Segalanya memang butuh uang. Tapi kamu rela ta kebahagiaanmu terenggut hanya karena kamu tidak punya uang. Itu namanya mengkerdilkan Tuhan. Kata Sudjiwo Tejo. gambar diambil dari sini




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline