Lihat ke Halaman Asli

Aam Permana S

ihtiar tetap eksis

Kepala Stasiun TVRI Jabar, “Mutiara dari Timur”

Diperbarui: 24 Agustus 2015   09:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kaom Hawa yang menjadi Kepala Stasiun (Kepsta) Televisi Republik Indonesia (TVRI) hingga sekarang masih sangat jarang. Dalam sejarah berdiri dan berkembangnya TVRI pun, yang menjadi Kepsta umumnya memang kaom Adam. Maka, ketika ada wanita yang beberapa kali menjadi kepsta, tidak dipungkiri, wanita tersebut tentu memiliki kelebihan. Makin sah disebut punya kelebihan, bila dalam karirnya di TVRI mampu meraih beberapa penghargaan.

[caption caption="Kepsta TVRI JABAR"][/capti

Salahsatunya, wanita yang memiliki kelebihan tersebut adalah Iryani Sunusi, SE, MM, yang saat ini menduduki jabatan orang nomor satu di TVRI Jabar. Bila melihat perjalanan berkarirnya di TVRI, Iryani rasanya memang pantas disebut memiliki kelebihan – dan layak disebut Kartini abad sekarang yang bisa jadi inspirasi kaom Hawa di Tanah Air.

“Di manapun saya betugas, saya selalu berfikir kreatif, bagaimana caranya agar kekurangan menjadi kelebihan. Saya juga selalu optimistis dan kerja penuh konsentrasi,” begitu ujarnya menyampaikan beberapa kiat hidupnya. Dan kiat hidupnya tersebut memang telah mengantarkannya meraih beberapa penghargaan ketika menjadi kepsta di beberapa tempat.

“Di Jabar sekarang pun saya optimistis dan penuh konsentrasi, apalagi karena SDM yang ada di TVRI Jabar tidak diragukan lagi. Buktinya, TVRI Jabar selalu mendapatkan tempat terhormat di Gatra, baik di internal maupun di luar TVRI,” katanya.

Berawal dari Makassar

Awal karir Iryani dimulai di TVRI Makassar pada tahun 1988, sebagai staff umum dan perlengkapan. Berkat kerja kerasnya, beberapa tahun kemudian menjadi Kabag Umum SDM, selama dua tahun lamanya.

Dalam perjalan karirnya, Iryani sempat diharuskan memilih dua pilihan yang berat, yakni terus melangkah untuk karir dan memilih keluarga. Hal itu terjadi ketika dia mendapat promosi menjadi Kepsta Sultra tahun 2007. Setelah dipikirkan masak-masak, dia akhirnya memilih meninggalkan keluarganya, untuk menjadi Kepsta Sultra yang asalnya sebuah transmisi. “Di Sultra saya harus memulai segalanya dari nol,” ujar ibu dua orang anak ini.

Selama bertugas di Sultra, banyak kendala yang harus dia hadapi. Antara lain belum tersedianya sarana dan prasarana, SDM dan anggaran yang pas-pasan. “Semua itu merupakan tantangan buat saya. Saya mempunyai satu prinsip, tidak akan mundur sebelum mencoba,” kenangnya.

Dengan peralatan yang minimalis dan sdm terbatas tersebut, berkat kerja kerasnya, TVRI Sultra berhasil mendapatkan Gatra ketika baru berusia setahun. Dengan peralatan minimalis dan anggaran terbatas itu, akhirnya dia menggunakan sistem cromaky. Dia juga terus memutar otak dan daya kreativitasnya, agar sebuah kekurangan menjadi sebuah kelebihan. “Alhamdulilah saya mendapatkan penghargaan,” katanya.

Setelah  bertugas 3,5 tahun di TVRI Sultra, dia dipromosikan di Kalsel selama 2 tahun. Dua tahun di Kalsel, kemudian dipromosikan ke TVRI Bali. “ Alhamdulilah, di TVRI Bali selama dua tahun berturut-turut mendapatkan Gatra,” kenangnya. Sukses di Bali, ternyata mengantarkannya untuk mendapat posisi terhormat di TVRI Jabar yang selama ini menjadi “tangga” seorang Kepsta menuju puncak karirnya di tingkat Nasional, seperti beberapa kepsta sebelumnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline