Lihat ke Halaman Asli

"Ngaret"

Diperbarui: 25 Juni 2015   05:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

NGARET”

Jam Karet”, ternyata telah menjadi salah satu produk utama masyarakat kita yang masyur. Begitu terbiasanya kita dengan hal itu sehingga tidak dianggap sebagai masalah. Bahkan hal itu kemudian menjadi legitimasi bagi beberapa kalangan untuk menunda kehadirannya dalam berbagai acara, baik resmi ataupun non-resmi dengan dalih “acaranya pasti molor,,”. Sangat miris karena itu seringkali juga terjadi pada mahasiswa yang notabene merupakan kaum terpelajar dan calon pemimpin masa depan.

Kenyataan diatas tentu saja sangat memprihatinkan. Ketidaktepatan waktu dengan jelas menunjukkan ketidaksiapan orang-orang yang terlibat di dalamnya. Lebih buruk lagi, keterlambatan dengan sengaja berarti sebuah wujud “meremehkan” pihak lain yang diberi janji. Walaupun hampir selalu dimaklumi, hal itu tentu sangat tidak etis apalagi bila dilakukan oleh seorang mahasiswa, entitas yang sering disebut dan membanggakan dirinya sebagai agent of change.

Seharusnya mahasiswa melawan kebiasaan “jam karet” dengan kesadaran pada budaya tepat waktu. Ya, ketepatan waktu menunjukkan kesungguhan dan penghargaan seseorang pada suatu hal yang dia kerjakan. Dengan kesungguhan dan penghargaan itulah terwujud cinta pada tiap karya yang dilahirkan. Itulah salah satu faktor yang paling dapat diharapkan sebagai kunci keberhasilan.

Dalam dunia militer, ketepatan waktu adalah sebuah prasyarat yang harus ditaati, dalam keadaan non-perang sekalipun. Mengapa seperti itu ? terlepas bahwa hal tersebut adalah doktrin kedisiplinan yang mutlak dalam militer, itu memang bertujuan untuk menguatkan naluri “keberhasilan” dalam menjalankan tiap tugas.

Budaya menunjukkan tingkat peradaban sebuah bangsa. Budaya tepat waktu tentu meninggikan martabat sebuah bangsa, karena darinya tercermin kecintaan pada setiap usaha yang dilakukan. Semakin tinggi martabat manusia dijunjung, semakin tinggi pula peradaban itu ternilai.

Mari bertepat waktu.

*****

29apr12#kah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline