Dalam untaian Narasi Kelahiran, Penginjil Lukas menampilkan pasangan suami istri pertama, sang suami adalah "seorang imam yang bernama Zakharia dari rombongan Abia" (Luk 1:5), sedangkan istrinya bernama Elisabet, "juga berasal dari keturunan Harun" (Luk 1:5). Zakaria adalah imam karena dia adalah seorang laki-laki keturunan Harun, dan Harun serta anak-anaknya telah diurapi dan dikuduskan oleh Tuhan sendiri melalui Musa sebagai Imam bagi Tuhan sehingga jabatan imam bagi Harun dan keturunannya menetap untuk selama-lamanya. Zakharia dari 'rombongan Abia', rombongan ke delapan dari hasil undian kelompok imam keturunan Eleazar dan Itamar, anak-anak Harun.
Penginjil Lukas juga menerangkan, "Keduanya adalah benar di hadapan Allah dan hidup menurut segala perintah dan ketetapan Tuhan dengan tidak bercacat" (Luk 1:6). Jadi, Pasutri Zakharia dan Elisabet adalah sepasang manusia 'dikaios', sama seperti Yusuf, suami Maria. Namun, sayangnya mereka tidak memiliki seorang anakpun karena telah lanjut usia dan Elisabet mandul. Aku berpikir, bagaimana mungkin Pasutri Dikaios ini, seakan ditinggalkan oleh Allah, seolah-olah dijauhkan dari berkat, bahkan mendapat aib ? Mengapa pengalaman Bapa Abraham, Bapa Kaum Beriman, dan Isterinya, Ibu Sarah, pengalaman Elkana dan Hana, serta apa yang dialami Bapa Yoakim dan Ibu Anna, orang tua Maria, Ibu Yesus, justru menimpa sejumlah pasangan suami istri pilihan Tuhan padahal "Sesungguhnya, anak-anak lelaki adalah milik pusaka dari pada Tuhan, dan buah kandungan adalah suatu upah. Seperti anak-anak panah di tangan pahlawan, demiki anlah anak-anak pada masa muda" (Mzm. 127:3-4) ?
Aku menemukan jawabannya, karena Tuhan menginginkan agar "... orang-orang yang menanti-nantikan Tuhan mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah" (Yes 40:31). Dan benarlah, setelah berlari dan terus berlari, dan tidak menjadi lesu, setelah berjalan dan terus berjalan, dan tidak menjadi lelah, Zakharia menerima 'kabar gembira' melalui malaikat bahwa doanya telah dikabulkan dan isterinya akan melahirkan seorang anak laki-laki, namanya Yohanes. Dan menurut Gabriel, anak itu bukanlah anak sembarangan, dia akan menjadi Bentara Mesias !
Sangat dapat dimaklumi kalau Zakharia seketika bergumul dan tak butuh waktu lama untuk tenggelam dalam kebingungan dan keheranan manusiawinya, bagaimana mungkin semua itu mungkin, bisa, dan akan benar-benar terjadi, sedangkan menurut hukum alam, dia dan isterinya tidak mungkin lagi punya anak, mereka sudah lanjut usia dan isterinya mandul ! Namun, pada saat yang sama, Zakharia, yang seakan melupakan jabatan kudusnya sebagai imam Tuhan itu, 'tergelincir' dalam ketidakpercayaan, bahwa Gabriel telah diutus oleh Tuhan sendiri, Dia yang bagiNya tidak ada sesuatupun yang mustahil, untuk menyampaikan kabar baik ini kepada dirinya. Walaupun Zakharia diberi 'hukuman' menjadi bisu, namun hukuman itu tidak berlangsung lama karena dia menjadi pulih kembali pada saat apa yang disampaikan Tuhan melalui Gabriel menjadi kenyataan.
Guru mengetahui refleksiku tentang Zakharia dan Elisabet pada hari ini dan Dia mengujiku, "Apa yang dapat kaupelajari dari Zakharia dan Elisabet ?" Aku menatap kedua bola mata lembutNya dan berkata, "Pasutri Zakharia dan Elisabet adalah satu di antara sekian banyak pasutri panutan, Guru. Mereka bertekun dalam hidup penuh iman dan sarat perbuatan walaupun menghadapi kenyataan amat pahit sekian lama. Namun, di lain sisi, seseorang yang dianggap dekat dengan Tuhanpun masih bisa 'tergelincir' dalam godaan, apapun bentuknya, dan pada Zakharia, berbentuk godaan ketidakpercayaan. Namun, Kasih Tuhan kekal untuk selama-lamanya karena Dia tidak pernah berlambat, tak pernah pula terlampau cepat, Dia selalu tepat waktu, menurut waktu yang telah ditetapkanNya."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H