Lihatlah, Yesus menangis lagi. Kali ini Hati Tuhan masygul ketika Dia telah dekat dan melihat Kota Yerusalem, Kota Kejayaan Kerajaan Daud. Aku teringat ketika Dia juga menangis pada saat Lazarus yang dikasihiNya meninggal.
Dalam kedua peristiwa itu ada perasaan yang sama dalam hati Tuhan, kesedihan, belaskasihan, dan empati. Namun tercatat pula dua hal yang amat bertolak belakang sebagai penyebab perasaan Yesus. Pada saat Lazarus meninggal, Dia menangis karena berempati secara manusiawi kepada Maria dan Martha, kedua saudari Lazarus, yang juga amat dikasihiNya, mereka yang sungguh percaya kepadaNya.
Sebaliknya, saat ini, ketika Tuhan menangisi Yerusalem, Dia menangis karena Yerusalem dan segenap isinya ridak "mengerti apa yang perlu untuk damai sejahteramu !" (Luk 19:42), karena segalanya tersembunyi bagi mata mereka. Dia menangis karena Yerusalem dan segenap isinya, yang mewakili umat manusia, tidak mampu mengenaliNya, bahkan menolak Dia. Dan, konsekuensi dari penolakan itu adalah kehancuran dan kebinasaan Yerusalem beserta seluruh isinya.
Di kemudian hari aku menyaksikan kehancuran nyata Kota Yerusalem karena diluluhlantakkan oleh Kerajaan Romawi pada tahun 70 sesudah Kristus lahir. Pada saat itu aku merasa bersyukur bahwa aku telah menerima Dia di dalam kehidupanku, tidak seperti Yerusalem yang menolakNya. Namun, seketika terngiang sabdaNya di telingaku, "Bukan setiap orang yang berseru kepadaKu : Tuhan, Tuhan ! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak BapaKu yang di sorga" (Mat 7:21).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H