Lihat ke Halaman Asli

Leonardo Wibawa Permana

Dokter, Dosen, Trainer Manajemen dan Akreditasi Rumah Sakit dan Fasyankes Lainnya, Narasumber Seminar, Penulis.

Refleksi Kehidupan Kristiani, Sapaan tentang Kebenaran

Diperbarui: 9 November 2024   08:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://www.pexels.com/id-id/foto/foto-close-up-kotak-hadiah-dengan-kartu-ucapan-264771/

SAPAAN TENTANG KEBENARAN itu ibarat 'SALAM', "Dan jikalau di situ ada orang yang layak menerima damai sejahtera, maka salammu itu akan tinggal atasnya. Tetapi jika tidak, salammu itu kembali kepadamu" (Luk 10:6).Seringkali SAPAAN TENTANG KEBENARAN itu dinilai dari 'siapa yang menyampaikan', bukan tentang 'apa yang disampaikan'. Bahkan Yesus, SANG SABDA KEBENARAN itu sendiri dipertanyakan, "'Bukankah Ia ini anak tukang kayu? Bukankah ibuNya bernama Maria dan saudara-saudaraNya: Yakobus, Yusuf, Simon dan Yudas ? Dan bukankah saudara-saudaraNya perempuan semuanya ada bersama kita ? Jadi dari mana diperolehNya semuanya itu ?' Lalu mereka kecewa dan menolak Dia" (Mat 15:55-57a).

Yesus juga dianiaya karena SAPAAN TENTANG KEBENARAN saat diadili di hadapan Imam Besar, "Ketika Ia mengatakan hal itu, seorang penjaga yang berdiri di situ, menampar mukaNya sambil berkata: 'Begitukah jawabMu kepada Imam Besar ?' Jawab Yesus kepadanya: 'Jikalau kataKu itu salah, tunjukkanlah salahnya, tetapi jikalau kataKu itu benar, mengapakah engkau menampar Aku ?'" (Yoh 18:22-23).

Atau, di banyak saat, waktu, dan kesempatan, Para Ahli Taurat dan Orang-orang Farisi begitu sinis bahkan marah, dan bersekongkol dengan orang banyak, dan akhirnya berhasil membunuh Yesus karena SAPAAN TENTANG KEBENARAN yang disabdakanNya seringkali terasa amat pahit bagi mereka.  

Karena SAPAAN TENTANG KEBENARAN tak selalu manis, sering kali pahit, tak jarang pula semuanya diterima dengan cara, seperti kalimat yang dituturkan Norman Vincent Peale, "Manusia lebih senang hancur oleh sanjungan daripada terselamatkan oleh berbagai kritikan".

Pertanyaan reflektif, apakah aku mampu dengan keyakinan penuh memastikan bahwa aku tidak menjadi salah satu dari Penduduk Nazaret, atau tidak berperan sebagai penjaga di Istana Imam Besar, atau bahkan tidak tegak berdiri gagah di antara Ahli Taurat dan Orang Farisi, jika hidup di zaman Yesus, dan tetap dengan sabar penuh iman, mendengarkan SAPAAN TENTANG KEBENARAN yang keluar dari BibirNya, yang tak jarang pahit juga ?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline