Salah satu 'serangan' yang selalu aktual dan disebarluaskan oleh mereka yang mengaku saudara/i seiman, namun tidak bernaung dalam 'kandang' yang sama dengan kita adalah "Umat Katolik tidak boleh menafsirkan Kitab Suci." Sebenarnya bagaimana ? Gereja Kristen Katolik yang Kudus tidak melarang Umat Awam menafsirkan Kitab Suci, namun harus tetap berpedoman pada penafsiran resmi dari Para Bapa Gereja, Para Uskup, sebagai Para Magister, Pengajar dalam Gereja.
Sesungguhnya penafsiran Kitab Suci secara pribadi, apalagi yang 'diperkaya' dengan improvisasi, dan kemudian dipublikasikan secagai kebenaran, tanpa berpedoman kepada Ajaran Resmi, bisa sangat berbahaya karena sejarah membuktikan, skisma dan kemudian perpecahan di antara Jemaat Kristus terjadi karena penafsiran pribadi yang 'dilepaskan' dari Gereja Kudus, sehingga muncul penafsiran-penafsiran pribadi yang akhirnya saling menyalahkan satu sama lain, atas dasar Kitab, Perikope, bahkan Ayat yang sama yang ada dalam Alkitab.
Penafsiran isi Kitab Suci tidak dapat dan tidak boleh dilakukan hanya dengan 'mencomot' perikope atau bahkan ayat tertentu dan 'memisahkannya' dari bagian-bagian lain, namun harus dicermati dalam konteks kesatuan keseluruhan Alkitab itu sendiri, Perjanjian Baru, Perjanjian Lama, dan Deuterokanonika, dalam konteks budaya pada zaman kitab-kitab ditulis, dalam konteks bahasa asli, termasuk gaya bahasa dan jenis sastra, prosa, puisi, dan lain-lain, yang digunakan dalam penulisan kitab-kitab karena terjemahan dalam Bahasa Indonesia tidak jarang tidak mampu menuangkan seluruh isi tulisan, baik dalam aspek denotatif apalagi konotatif, dalam konteks peristiwa pada saat munculnya tulisan atau perkataan tersebut dan ada yang tidak bisa digeneralisasikan untuk semua peristiwa, dan mungkin juga ada pertimbangan-pertimbangan lainnya. Dan yang paling penting, penafsiran Kitab Suci tidak bisa dan tidak boleh dilepaskan dari Tradisi Suci dan Magisterium Gereja Kudus. Penafsiran perikope, apalagi ayat tertentu, yang 'dilepaskan' dari berbagai konteks, bisa keliru, atau bahkan membahayakan secara Ajaran Iman.
Sebagai contoh, satu kalimat dalam bacaan Injil hari ini dari Yoh. 21:23, yang dari Bahasa Yunani diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris sebagai berikut, "This saying therefore went out among the brothers, that this disciple wouldn't die. Yet Jesus didn't say to him that he wouldn't die, but, 'If I desire that he stay until I come, what is that to you ?'". Ayat ini sesungguhnya ingin menyampaikan nasihat Tuhan Yesus agar Petrus tetap berfokus pada diriNya, dan tidak berpaling kepada orang lain, dalam hal ini Yohanes. Namun, ayat inipun tidak bisa ditafsirkan hanya dengan 'membaca' dirinya sendiri, bahwa Yesus mengajarkan, jangan mengurusi orang lain, karena Yesus juga pernah bersabda, "If your brother sins against you, go, show him his fault between you and him alone. If he listens to you, you have gained back your brother."
Sekali lagi, semua tulisan Sabda dalam Alkitab harus 'dicermati' dalam berbagai konteks.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H