Lihat ke Halaman Asli

Leonardo Wibawa Permana

Dokter, Dosen, Trainer Manajemen dan Akreditasi Rumah Sakit dan Fasyankes Lainnya, Narasumber Seminar, Penulis.

Catatan Cinta Paulus bagi Korintus (2) : Pengantar, Korintus, 'Kota Imoral' Dipenuhi Orang Kafir

Diperbarui: 3 November 2024   06:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://godsbless.ing/commentary/1-corinthians/1_corinthians_9_22-23/#google_vignette

Dalam pandangan yang lebih positif, para pakar menduga, nama Korintus mungkin berarti 'Tempat di Puncak, Tempat Tanduk'. Pakar lain berpendapat, nama itu mungkin juga berkaitan dengan kumpulan kata-kata Semit yang ada hubungannya dengan padang rumput yang subur dan memiliki banyak anak laki-laki, yang dalam hal ini berarti 'Padang Rumput yang Kaya' atau 'Tempat di mana Banyak Anak Laki-Laki'.Di sisi lain, dalam pandangan negatif, nama Korintus bermakna 'tersesat dalam kedalaman kenikmatan indra', 'terhanyut oleh gelombang kerusakan moral yang begitu kuat sehingga tidak ada jalan kembali'. Bahkan kata Inggris 'to Corinthianize', yang diterjemahkan dari kata kerja Bahasa Yunani, diartikan sebagai 'melakukan perbuatan seksual yang immoral'. Jadi, Korintus pada masa itu ditandai, antara lain, oleh tingkat kebobrokan moral, immoralitas, tidak bermoral, yang pada masa itu 'dianggap' lazim terjadi di sebuah pelabuhan besar. Akibatnya, Korintus mendapat julukan 'Kota Dosa'.

Salah satu situs yang paling menonjol di Korintus adalah 'Acrocorinth', sebuah kastil kuno yang berdiri di atas batu setinggi lima ratus tujuh puluh lima meter. Di puncak gunung yang terjal itu didirikan kuil pemujaan Aphrodite, dewi yang melambangkan cinta, kecantikan, hasrat, dan semua aspek seksualitas Yunani kuno. Aphrodite digambarkan sebagai dewi yang bisa membujuk dewa dan manusia ke dalam 'urusan terlarang' dengan kecantikannya dan bisikan 'kata-kata manis'. Kuil Aphrodite yang merupakan 'simbol nafsu' itu merasuki pikiran Kota Korintus.

Dalam sejarah Korintus kuno, kuil itu menampung seribu pendeta wanita yang perannya seperti wanita tuma susila. Walaupun tidak ada kepastian apakah seribu pendeta wanita itu dipelihara lagi di Kuil Korintus yang dibangun kembali, yang pasti, moralitas yang kotor di kota itu terus berlanjut seperti sebelumnya. Immoralitas dianggap sebagai bagian normal dari kehidupan.

Ciri lain yang tidak kalah penting dari Korintus adalah bercampur baurnya keyakinan-keyakinan pagan atau kafir di kota itu. Korintus adalah kota yang kaya akan paganisme !

Paling tidak, kedua ciri yang amat mencolok itu merupakan tantangan bagi Paulus dalam upayanya membawa cinta ke Korintus ......

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline