Setiap kali Ahli-ahli Taurat dan Orang-orang Farisi muncul sebagai 'peran antagonis' dalam perikop demi perikop yang menjadi Bacaan Injil, setiap kali itu pula sekian banyak Pewarta Firman berhenti sejenak, 'mengamat-amati mereka', seperti mereka ribuan tahun yang lalu 'mengamat-amati Yesus'. Banyak orang seketika terpaku pada peran-peran figuran tersebut, dengan semua pandangan negatif, bahkan begitu negatif, seakan melupakan bahwa merekapun bisa berubah peran, menjadi 'aktor protagonis', dan salah satunya adalah Orang Farisi yang bernama Saulus.
Apakah Ahli-ahli Taurat dan Orang-orang Farisi itu salah tentang apa yang dilakukannya ? Tentu saja ya ! Namun, kita perlu memasuki 'alam pikiran' mereka untuk mencari tahu, mengapa "Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi mengamat-amati Yesus, kalau-kalau Ia menyembuhkan orang pada hari Sabat, supaya mereka dapat alasan untuk mempersalahkan Dia" (Luk 6:7). Karena mereka sangat mentaati Hukum Allah yang disampaikanNya melalui Musa dalam Taurat, "Lalu Allah mengucapkan segala firman ini: 'Akulah TUHAN, Allahmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari tempat perbudakan. ... Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat: enam hari lamanya engkau akan bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu, tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN, Allahmu; maka jangan melakukan sesuatu pekerjaan, engkau atau anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan, atau hambamu laki-laki, atau hambamu perempuan, atau hewanmu atau orang asing yang di tempat kediamanmu. Sebab enam hari lamanya TUHAN menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan Ia berhenti pada hari ketujuh; itulah sebabnya TUHAN memberkati hari Sabat dan menguduskannya" (Kel 20:1, 8-11). Kesalahan mereka adalah mereka bersikap hipokrit, mentaati Perintah Allah dengan niat dan motivasi yang tidak murni.
Selanjutnya kita simak sikap Yesus, walaupun Ahli-ahli Taurat dan Orang-orang Farisi itu memang memata-matai Dia, tetapi Yesus tetap melanjutkan karyaNya tanpa merasa terganggu oleh mereka, "Tetapi Ia mengetahui pikiran mereka, lalu berkata kepada orang yang mati tangannya itu: 'Bangunlah dan berdirilah di tengah!' Maka bangunlah orang itu dan berdiri" (Luk. 6:8).
Meskipun kita tidak akan berpihak kepada Para Ahli Taurat dan Orang-orang Farisi itu, sesungguhnya kita jauh lebih perlu berfokus pada apa yang dilakukan Yesus selanjutnya, seperti biasanya, dari lembut, biasa-biasa saja, hingga amat tegas dan keras, menyampaikan 'katekese' kepada mereka, Para Ahli Taurat dan Orang-orang Farisi, yang disebut Yesus sebagai 'kaum munafik' itu, entah mereka sadari atau tidak, "Lalu Yesus berkata kepada mereka: 'Aku bertanya kepada kamu: Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membinasakannya?'" (Luk 6:9).
Mungkin jauh lebih baik, di saat-saat kita kembali menerima perikope Injil yang memuat kisah tokoh-tokoh figuran antagonis, Ahli-ahli Taurat dan Orang-orang Farisi, bahkan kalaupun mungkin ada orang-orang yang perilakunya serupa dengan Ahli-ahli Taurat dan Orang-orang Farisi modern di zaman ini, bahkan sangat mungkin diri kita sendiri, kita memandang diri kita dan mereka dengan rasa kasih, mungkin juga mengingatkan, entah lembut, ataupun tegas dan keras, seperti yang diteladankan Tuhan, dan kemudian, sesegera mungkin berupaya keras berfokus kepada apa yang dilaksanakan Tuhan sendiri, kepada mereka dan kepada orang-orang lain, agar tidak terjadi kemungkinan SabdaNya berulang kepada kita, "Barangsiapa tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan 'batu' kepada Ahli-ahli Taurat dan Orang-orang Farisi Itu ....."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H