Lihat ke Halaman Asli

Leonardo Wibawa Permana

Dokter, Dosen, Trainer Manajemen dan Akreditasi Rumah Sakit dan Fasyankes Lainnya, Narasumber Seminar, Penulis.

Diabetes : Saat Gula Jadi 'Anarkis'

Diperbarui: 18 Oktober 2024   20:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://www.pexels.com/photo/a-doctor-checking-a-child-7653133/

Suatu hari, saat saya membeli buah, saya 'nguping' obrolan antara Ibu Penjual Buah dengan salah satu Ibu lain yang sedang membeli, "Diabetes diabaikan saja. Tak masalah, daripada pusing diet ini dan itu." Saya sungguh kaget mendengar pernyataan yang 'diiyakan' oleh Ibu yang membeli, yang kemudian saya tahu ternyata seorang diabetisi, pasien diabetes.

Benarkah, 'diabetes diabaikan saja' ? Ouch, jangan !!! Para pakar sepakat bahwa diabetes adalah 'ibu sejumlah penyakit kronik', artinya, dalam jangka panjang, diabetes sangat mungkin 'mengendorse' kemunculan sejumlah penyakit kronik seperti hipertensi atau tekanan darah tinggi, obesitas, penyakit jantung dan pembuluh darah, penyakit ginjal, hingga stroke. Dan pada gilirannya, semua kelainan itu bisa 'berkolaborasi', 'mengeroyok' tubuh penderitanya !

Apa yang sebenarnya terjadi pada penderita diabetes ? Yang jelas kadar gula dalam darahnya meningkat, lebih dari normal, yang kita kenal sebagai hiperglikemia. Penyebab utama hiperglikemia adalah berkurangnya produksi hormon insulin yang bertugas seperti 'ojol', ojek online, mengangkut karbohidrat dalam bentuk glukosa ke dalam sel. Glukosa ini berguna sebagai sumber energi bagi sel, sedangkan insulin dihasilkan oleh kelenjar pankreas, atau secara awam sering disebut 'kelenjar ludah perut'. Kerusakan pankreas menyebabkan penurunan produksi insulin. Nah, karena insulin kurang sedangkan glukosa yang harus diangkut banyak, maka sebagian glukosa tidak terangkut, tertinggal di dalam darah. Tentu saja kadar glukosa jadi tinggi di dalam darah.

Penyebab hiperglikemia yang lain adalah kerusakan 'reseptor insulin' pada dinding sel. Reseptor ini seperti pintu, jalan masuk 'ojol insulin' ke dalam sel. Karena sebagian reseptor ini rusak, tentu juga tidak semua glukosa bisa masuk ke sel. Akibatnya, lagi-lagi kadar glukosa meningkat di dalam darah.

Kebiasaan makan yang kurang baik seperti sering mengkonsumsi makanan dan minuman manis dan banyak melahap makanan yang mengandung karbohidrat dalam kadar tinggi seperti roti, mie, nasi, kue-kue basah dan kering, dan lain-lain, lebih meningkatkan kadar gula di dalam darah. Apalagi kalau pasien diabetes hidup dalam pola bermalas-malasan alias 'sedentary life', maka penggunaan glukosa sebagai sumber energi berkurang.

Apa akibatnya kalau kadar glukosa tinggi di dalam darah ? Bisa terjadi 'glucotoxicity' atau 'keracunan gula'. Kumpulan glukosa yang tidak bisa masuk ke dalam sel akan beredar di dalam darah, kemudian meracuni dan merusak dinding pembuluh darah besar dan kecil serta jaringan saraf yang ada di seluruh tubuh. Akibatnya jaringan dan organ-organ di seluruh tubuh bisa rusak. Jadi, kadar gula darah atau glukosa yang tinggi dalam darah menjadi 'anarkis'. Dalam jangka panjang, anarkisme 'ibu diabetes' ini akan memicu munculnya berbagai 'anak' dalam bentuk penyakit kronik.   

Jadi, "Diabetes diabaikan saja ?" "Jangannnnnnnnnnnnnn !!!"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline