Lihat ke Halaman Asli

Aditya Permadi

Puisi, Skenario Film, dan Pencari Kerja

Lorina (Ki Gapes's Failed Mission)

Diperbarui: 6 Juli 2020   14:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Lorina, sebuah desa dengan bentang alam yang beragam. Di sebelah selatan desa ini merupakan laut dengan gulungan ombaknya yang besar sebagaimana ciri khas pantai selatan. 

Di timur dan barat desa ini dibatasi oleh sungai-sungai besar dengan airnya yang jernih mengalir menuju ke laut. Sedangkan di sebelah utara desa ini terhampar areal persawahan yang cukup luas, dan berujung pada sebuah gunung yang menjulang lumayan tinggi, dengan lerengnya yang di tumbuhi beberapa jenis tanaman.

Bagi orang-orang konservatif, desa Lorina merupakan tempat tinggal impian. Tapi sayangnya, desa ini seakan terisolasi. Bayangkan saja! Jarak dengan perkampungan lain di desa terdekatnya saja hampir 10km, dengan kondisi jalan aspal yang rusak parah. 

Tapi bagi warga di desa Lorina, hal ini tidak menjadi masalah, karena mereka merasa sudah bisa mencukupi kebutuhan dasar mereka sehari-hari dengan memanfaatkan semua sumber daya yang ada di daerah mereka sendiri. 

Mereka tidak terlalu bergantung pada daerah lain, melainkan hanya sesekali. Itu pun hanya sebatas untuk memenuhi kebutuhan semacam kebutuhan sekunder dan tersier, yang biasanya hanya dipenuhi oleh golongan orang-orang konservatif materialis. Sedangkan bagi golongan konservatif idealis, kebutuhan kedua jenis ini hampir sama sekali tidak diindahkan.

*

Alunan gemuruh ombak yang tersorot cahaya jingga dari mentari yang sedang terbenam, untuk beberapa saat kurang terdengar merdu. Memang hampir setiap hari alunan merdu itu selalu terganggu untuk beberapa saat, di saat ketika Ki Gapes sedang menarik rolling door untuk menutup kios baksonya.

Ki Gapes, warga sekitar memanggilnya seperti itu. Seorang lelaki yang sebentar lagi memasuki usia lansia, seorang yang bisa dimasukkan ke dalam golongan konservatif materialis. Seorang pedagang bakso tunggal yang memonopoli bisnis bakso di desa Lorina. 

Sebenarnya, pernah ada beberapa kali orang lain yang mencoba berjualan bakso. Tapi entah kenapa, mereka tidak bisa bertahan lama seperti Ki Gapes ketika mencoba peruntungannya dalam berjualan bakso. Ki Gapes lebih ingin dipanggil dengan sebutan juragan bakso dibandingkan pedagang bakso.

Sudah beberapa hari ini Ki Gapes terlihat kurang ceria ketika menutup rolling door kios baksonya. Biasanya dia selalu tertawa ataupun terlihat cekikikan dengan mulutnya yang bersenandung menyanyikan lagu kesukaannya.

"Tuh liat Bun! Hampir -nya jualan kita gak habis lagi", ucap Ki Gapes pada istrinya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline