Lihat ke Halaman Asli

Muhamad Adib

Wong Alas

Gunung Slamet pun Marah dengan Kelakuan Poli-tikus

Diperbarui: 18 Juni 2015   00:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suara dentuman yang sangat keras  dari Gunung Slamet  terjadi berkali kali hari ini, terdengar sampai  di kota Purwokerto. Sebagian warga terutama anak-anak merasa ketakutan. Mereka takut gunung Slamet akan meletus seperti Gunung Merapi  dan Gunung Kelud beberapa waktu yang lalu. Namun banyak  juga warga yang menyikapinya dengan tenang-tenang saja.

“Namanya juga Gunung Slamet, insya Allah akan tetap selamat” begitu kata sebagian orang.

Gunung Slamet yang merupakan salah satu gunung terbesar di Pulau Jawa dengan ketinggian 3.432 meter dari permukaan laut ini memang sudah menunjukkan aktifitas vulkaniknya sejak awal tahun 2014. Menurut Mbah Darsono,salah seorang tokoh masyarakat di desa Ketenger Kecamatan Baturaden Kabupaten Banyumas, Gunung Slamet memang selalu menunjukkan aktifitas vulakniknya pada siklus 5 tahunan. “setiap kali mau ada pergantian kepemimpinan di Negara ini,hampir di pastikan Gunung Slamet selalu menunjukkan perhatiannya. Jika pergantian kepemimpinan berjalan dengan aman dan damai,aktifitas vulkanik Gunung Slamet juga biasa-biasa saja” kata Mbah Darsono.

Lebih lanjut beliau menambahkan, tahun ini memang agak berbeda.  Aktifitas vulkanik Gunung  Slamet berlangsung cukup lama sejak sebelum Pemilu Legislatif sampai dengan selesai Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden Gunung Slamet masih terus menunjukkan  kekuatannya. Hal ini menurutnya sama dengan situasi politik di Indonesia. Sejak Pileg sampai dengan Pilpres, para politikus dan elit partai politik masih saja terus berupaya untuk menjadi pemenang dengan berbagai cara. Karena itu Gunung Slametmenjadi ikut marah dengan sikap dan perilaku para politikus di Jakarta yang “sekarepe dhewek” (semaunya sendiri). Mereka mau menang sendiri. Mereka mementingkan kepentingan dirinya sendiri dan kepentingan kelompoknya tanpa mau mendengar suara hati, suara rakyat....

“Saya khawatir, jika para elit politik di Jakarta masih saja terus dan ngotot menghalalkan segala cara  dalam memperjuangkan kepentingannya sendiri, seperti memaksakan disyahkannya RUU Pilkada, dan rakyat tidak berbuat apa-apa, maka jangan salahkan Gunung Slamet, jika kemudian ia meletus untuk mewakili suara rakyat yang tersumbat” kata Mbah Darsono dengan nada geram dan mata berkaca-kaca….

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline