Lihat ke Halaman Asli

Yudha Adi Putra

Penulis Tidak Pernah Mati

Lambaian di Selatan Lapangan Margodadi

Diperbarui: 13 Juli 2023   14:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Lambaian di Selatan Lapangan Margodadi

Cerpen Yudha Adi Putra

Kupu-kupu bisa terbang ke berbagai bunga. Tapi, tidak semua bunga bisa dihinggapi. Ada bunga yang kalau didatangi justru membawa bahaya. Bisa juga, bunga menjadi sarang pemangsa seperti serangga lain. Kebebasan kupu-kupu terbang itu diperhatikan oleh Jarwo. Hari masih pagi dan embun belum sepenuhnya kering.

"Minum teh hangat pasti menyenangkan. Burung juga ikutan mandi. Ini hari seperti akan turun hujan. Tapi, tetap tampak indah. Malam tadi berlalu dengan dingin,"
"Mandi sana, Jar. Air hangat sudah siap," ujar Ibunya Jarwo.

Mengawali hari dengan menatap taman bunga kecil menjadi hobi. Jarwo menikmati tiap bunga mulai tumbuh dan mekar. Tiap bunga diberinya pupuk. Jika bisa tumbuh subur, nanti Jarwo bisa menjualnya. Lumayan untuk pemasukan mahasiswa akhir bulan.

Ada agenda untuk pertemuan. Seperti biasanya, Jarwo diperhadapkan dengan dua pilihan. Pilihan untuk datang terlambat atau datang tepat waktu. Kesibukan menata taman bunga dan memelihara burung sebenarnya sudah cukup melelahkan. Namun, Jarwo tetap berusaha mencari kegiatan. Kalau bisa, Jarwo ingin menjadi penulis. Menulis banyak cerita tentang bunga dan burung. Rumput juga ingin diceritakannya. Pernah suatu kali, Jarwo membuat cerita tentang rumput yang kelaparan. Rumput sebenarnya bisa merasakan lapar. Ketika tanah untuk tumbuh menjadi hilang.

"Banyak jalan sekarang sudah tertutup aspal. Tidak semua bisa ditumbuhi rumput. Kalau begitu, tentu setiap rumput menjadi lapar. Apa yang mereka makan? Bertemu dengan tanah sebagai sumber makanan saja tidak bisa," ujar Jarwo.

Untuk menghibur hatinya, Jarwo sering berjalan-jalan. Kali ini, ada kesempatan untuk menghadiri acara penting. Mungkin tidak begitu penting bagi Jarwo, tapi menjadi penting bagi kerukunan. Entah, dalam ranah tertentu tempat yang didatangi oleh Jarwo penuh misteri.

"Tempat ini disebut balai desa. Itu menjadi ruang pertemuan. Bentuknya seperti kantor pemerintahan. Bisa digunakan kala jam kerja saja. Ketika sampai, aku langsung menuju tempat yang paling aku penasaran," ujar Jarwo pada Handoko.

"Pasti tempat tanaman bunga?"

"Bukan. Aku mencari toilet. Sulit menemukannya. Ada lelaki paruh baya dengan celana hitam mendekat. Aku tanya sekalian saja," kata Jarwo.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline