Lihat ke Halaman Asli

Yudha Adi Putra

Penulis Tidak Pernah Mati

Sapaan Kucing

Diperbarui: 21 Juni 2023   07:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sapaan Kucing

Tulisan Yudha Adi Putra

Kesulitan bangun pagi bisa terjadi. Waktu malam dinikmati dengan menatap. Malam menjadi momen penuh pikiran. Tidak sempat menata kata untuk berdoa. Berjalan-jalan melalui pikiran. Mendamba banyak kemungkinan pada kesunyian. Ada hal penting untuk terus berjuang. Menatap setiap harapan untuk tetap hidup. Bukan pada kesunyian saja. Tapi, malam diharapkan untuk tenang.

"Tanpa tetangga berisik. Hidup akan lebih produktif, bisa menulis dan menjalani semuanya. Apa yang menjadi kemungkinan dapat terlaksana. Tidak tergesa, waktu banyak untuk mengulangi kesalahan. Bukan tidak bisa menulis, tapi itu belum terbiasa saja," ujar Jarwo ketika menatap langit-langit kamarnya.

Mempunyai tetangga berisik memiliki kekhasan. Bukan pada harapan saja. Tapi, untuk tetap berusaha dengan secepatnya. Tidak tahu kapan suara akan muncul. Langkah demi langkah dijaga supaya konstan. Penuh misteri dalam waktu menulis. Tidak bisa dijadwal sesuai keinginan.

"Jadi, kamu melakukannya semacam seni untuk bertahan hidup?" tanya Handoko pada Jarwo yang nampak menyesal. Mengutuki setiap perilaku tetangganya. Tidak peduli, seolah acuh dengan banyak kepentingan.

"Penyesalan akan muncul kapan saja. Bisa dalam berbagai bentuk dan dambaan. Tidak hanya itu, ada kesempatan untuk tetap hidup dalam pilihan kata," kata Ibunya Jarwo.

Semua dalam hidup perlu diperjuangkan. Ada waktu untuk bangun pagi. Mencoba momen untuk tetap bertahan. Memilih setiap langkah sunyi. Lama tidak berarti bisa. Cepat membawa arti untuk setiap tindakan.

"Kerjakan dengan cepat saja. Itu perlu olahraga. Mengolah semua tubuh dan jiwa agar tetap sehat. Mencintai pilihan hidup beserta langkah yang akan diambil. Risiko adalah kawan pasti," ujar Handoko seperti menasihati.

Lama waktu berjalan. Ada kebiasaan baru terbentuk. Kebiasaan bangun pagi dan menata harapan dengan doa. Ada Tuhan Yesus yang menolong. Membawakan doa beserta keinginan.

"Tuhan, ajar aku hidup tenang dalam langkah yang aku ambil. Setiap tindakan pasti memiliki risiko. Kirinya Engkau menolong dengan cara yang tidak pernah kami pikirkan sekalipun. Doa itu tidak hanya menjadi kata, tapi menjelma dalam beberapa tindakan. Memuai pada impian, lalu berdampak pada setiap pilihan hidup," ujar Jarwo mendoakan hal baik dalam hidupnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline