Lihat ke Halaman Asli

Yudha Adi Putra

Penulis Tidak Pernah Mati

Mimin dan Anin

Diperbarui: 3 Juni 2023   09:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Mimin dan Anin

Cerpen Yudha Adi Putra

Hidup terus menawarkan teh. Tamu dan teh jadi keakraban. Menyediakan teh ketika tamu datang menjadi kebiasaan. Beberapa orang memberi warna. Orang akan bosan, tapi untuk berjuang teh tetap menjadi idaman. Enak atau tidak, itu bukan persoalan. Kemudian, tentang beberapa orang yang tak minum teh. Hidup akan menawarkan kebahagiaan lain. Misalnya, ada pisang di pinggir jalan matang. Bagi yang lewat, tentu hal biasa. Buat mereka yang senang dan memiliki pisang. Ya begitulah, kemudian beberapa pertanyaan dibiarkan terbuka. Menikmati malam sudah biasa. Keinginan muncul untuk membangun tenda. Memeluk kedinginan bersama pohon. Tidak perlu khawatir tentang ulang.

"Ketakutan sebenarnya itu semu. Tidak ada, mereka hanya bentukan saja. Tidak bisa dibuktikan. Tiap orang memang punya ketakutan. Untuk memilih dan melangkah. Ketakutan memberi tawaran, tapi untuk keheningan. Ketakutan seolah hilang begitu saja," ujar Mimin pada pohon.

Pohon merupakan obyek penting. Ia akan menjadi amat romantis. Bertemu banyak kehidupan. Orang bisa saja silih berganti datang. Fatamorgana kehidupan bermunculan. Orang memang akan datang dan pergi, tapi mereka tetap menetap sebagai kenangan. Muncul beberapa tawa yang memilukan. Itu biarkan saja, perlahan setiap tawa akan membawa perubahan.

Perlahan, ruang misteri itu diperoleh sebentar. Kemudian, dihidupi dengan pertanyaan. Bukan tentang pisang saja. Bisa bicara tentang bebek yang dilepas dari kandang. Bebek itu menyenangkan.

Ancaman dan kepedulian datang. Bentuk dan harapannya muncul. Orang bisa saja melupakan makan. Tapi, lapar akan tetap dirasakan. Dalam lapar, makanan menjadi indah. Bentuknya semakin beragam. Membawa banyak keperluan dan hidup. Orang akan membuat makanan ketika lapar. Merubah banyak hal dalam kehidupan. Hidup ini tentang makan, tanpa makan semua itu akan sia-sia.

"Makan menjadi cara memperpanjang hidup. Membawa pada pilihan untuk hidup lebih baik lagi. Menukar setiap rasa lapar dengan doa. Berdoa ketika lapar memang tidak akan membuat kenyang. Tapi, menahan diri sebentar. Bisa saja membuat hidup lebih berwarna dalam menempuh perjalanan. Lama hanya waktu, tapi kepedulian menjadi ancaman rindu," ujar Mimin pada Anin.

Tentang Anin, perubahan muncul sebagai pilihan hidup. Mendasari banyak kepedulian dengan orang. Tidak bisa muncul. Itu akan berdampak dan berujung pada induk. Lama tidak memberikan bentuk yang indah.

"Orang akan memberi dalam kesepian. Gerakan memberi itu yang membuat kepedulian dan hidup. Aku tidak sepi dan tahu akan hidup di masa mendatang. Jaminan akan pertemuan itu di dekat kuburan. Setelah mencari sarapan. Kesepian datang dalam wujud makanan. Ada nasi kuning, tapi menjadi bosan karena sering dengan gerakan. Waktu memang singkat, membawa banyak sebab sebelum akhirnya menjadi perpisahan. Tidak akan membawa perubahan ketika hidup itu tidak akan berjalan," ujar Anin pada dirinya sendiri. Tahu, bahwa sepi akan memberi banyak warna yang indah. Kemudian, setiap pemikiran berdampak pada cicak.

"Cicak itu yang menatap. Menawarkan banyak teman. Cicak adalah kicauan yang merdu. Dalam berbagai bentuk hidup, cicak memberikan warna yang kuning. Cerah dengan banyak pertimbangan hidup," dalam perjalanan yang fana.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline