Handoko
Cerpen Yudha Adi Putra
Keinginan perlu usaha. Harapan berangkat dari realita. Kesepian membutuhkan kawan. Banyak hal bisa terjadi. Memulai kebiasaan baru. Menunda mimpi lama. Di antara banyak ingin dan angan. Semua jadi tertunda. Begitu disebut kecewa. Sedih karena tak tergapai. Ada awal yang mendahului. Sebelum akhirnya memuncak pada kehilangan. Setiap kehilangan butuh perhatian.
"Aku mau kucing. Mau pelihara kucing, tapi tidak boleh !" keluh Jarwo.
"Memangnya kamu suka kucing ?"
Pertanyaan itu menghantui. Antara suka atau tidak. Kalau hanya mengelus dan menjadi temannya tentu suka. Bagaimana dengan membersihkan kotoran, makanan yang mahal, kandang yang bagus, semua terjamin. Tentu jadi pikir ulang. Belum lagi, urusan diri yang tidak pernah selesai. Jarwo dalam bimbang itu, tapi tetap ingin memelihara kucing.
"Tidak boleh. Nanti bulunya sampai ke mana-mana. Itu bisa mengotori lingkungan. Kalau makananku kena bulu kucing bagaimana ?"
"Semua sama saja. Tak ada yang mau mengerti," keluh Jarwo lagi.
"Bukan begitu. Upaya melihat kondisi itu perlu. Nanti, kalau memelihara kucing mau ditaruh di mana ?"
"Bisa beli kandang baru. Nanti aku mau memilih yang warna biru," kata Jarwo dengan antusias.
Tetap saja, kucing belum berhasil dipelihara. Keinginan terus memuncak. Bukan hanya ingin kucing. Tapi, angan untuk segera mengakhiri studi dengan baik. Informasi teman lain sudah pada lulus. Bentuk kegiatan yang berulang. Semua membosankan dan tenang. Maka, memelihara kucing dianggap jadi harapan. Tapi, itu semua malah dilarang. Tidak boleh memelihara kucing dengan berbagai alasan.