Lihat ke Halaman Asli

Yudha Adi Putra

Penulis Tidak Pernah Mati

Petani dengan Jawaban Berbeda

Diperbarui: 6 Februari 2023   20:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Petani dengan Jawaban Berbeda

Cerpen Yudha Adi Putra

Ada notifikasi dinantikan Jarwo. Sudah sejak siang tadi. Dua tanda centang tak berubah warna. Jarwo mulai gelisah. Makan tak terasa enak. Ajakan bermain futsal ditolak. Setiap dua menit sekali. Jarwo menatap layar gawainya. Sengaja ia ke sawah. Harapan ada di sana. 

Tetap saja, waktu berganti. Tak ada sesuatu terjadi. Sore tiba membawa Ibunya juga. Kebimbangan semakin meninggi. Sama seperti suhu air panas untuk tehnya.

"Bu. Airnya sudah panas. Ibu mau buat teh ?"

"Iya. Tolong sekalian tuangkan ke tremos. Ibu mau menyirami anggrek dulu. Ada sisah teh. Bagus untuk pupuk." ujar Ibunya Jarwo sambil menuangkan seduhan teh. Daun-daun teh itu menggumpal. Terurai perlahan membasahi akar.

"Tadi, aku pergi ke sawah. Sudah lama tidak ke sawah. Rasanya menyenangkan sekali. Bisa lihat burung berterbangan." kata Jarwo memulai cerita.

"Tidak bertemu Kakek ?"

"Dulu, Ibu sering pergi ke sawah. Menanam lembayung. Kelak, Bapakmu menjadikan itu nama adikmu. Lembayung Senja Adi Putra. Menarik, bukan ?" ujar Ibunya Jarwo.

Mereka senang bercerita. Selepas seharian beraktivitas. Berkumpul di meja makan menjadi menyenangkan. Tempat makan dan berbagi harapan. Tak ada perbandingan. Meja makan itu untuk penerimaan, begitu harapan Jarwo.

"Bapak memberi nama adik dari tumbuhan ?" tanya Jarwo keheranan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline