Lihat ke Halaman Asli

Yudha Adi Putra

Penulis Tidak Pernah Mati

Dosen Pembimbing

Diperbarui: 1 Februari 2023   13:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dosen Pembimbing

Cerpen Yudha Adi Putra

Semester delapan tiba. Hari terasa berat bagi mahasiswa. Sulit makan. Tidur tak nyenyak. Menanti kabar. Siapa yang menjadi dosen pembimbing. Tak ada yang tahu. Bagaimana proses pemilihan. Kadang, tidak sesuai peminatan. Bisa juga hanya berdasarkan pembagian. Termasuk, siapa paling ingin jadi pemimpin. Suasana itu terasa mencekam.

"Biasanya, dosen akan rapat. Menentukan proposal kita layak maju atau tidak. Kalau tidak, akan ada waktu untuk revisi !"

"Berdasarkan apa ?"
"Sesuai kapasitas. Bisa saja berdasarkan minat. Tak jarang ada mahasiswa kesayangan!"

Kegelisahan mulai dirasakan Jarwo. Hari sudah semakin siang. Ia ingat betul. Nanti jam sebelas harus registrasi. Menanti, siapa yang menjadi dosen pembimbingnya. Kelulusan dan penyelesaian skripsi di depan mata. Dosen pembimbing sangat berpengaruh.

"Jangan sampai dengan Bu Erni. Bisa demotivasi kamu. Menghubungi hari ini, dapat balasan seminggu lagi. Itu juga lupa. Apa yang dituliskan !"

"Siapa pun dosennya. Aku tidak peduli. Kalau dikerjakan. Pasti lulus !" 

Setelah selesai dengan semua urusan organisasi, Jarwo yakin dengan tulisannya di proposal. Banyak harapan. Tinggal sedikit lagi.

"Hanya tinggal enam sks lagi. Masa mau jongkok di depan garis finish?"
"Kalau joki saja bagaimana ?"

Percakapan tentang skripsi tiada henti. Ada yang sampai pindah kos. Tidak cocok dengan suasana. Menulis skripsi perlu keheningan. Pengaruh buruk kawan dihindari. Begitu yang dilakukan Jarwo. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline