Terpisah
Cerpen Yudha Adi Putra
"Heh ! Hati-hati kalau pakai motor. Mentang-mentang motor bagus, kalau lewat jalanan sepi seenaknya !" teriak seorang petani membawa jerami.
Suara klakson melengking dengan keras. Motor Yudha tetap melaju kencang di antara jalan yang tidak rata. Petani berusaha menyebrang, tapi mundur kembali. Sebagian ada yang kaget. Waktu pulang merumput menjadi menyebalkan karena bertemu pengendara sepeda motor dengan laju cepat
"Maaf, Pak ! Saya buru-buru !" teriak Yudha, lalu menghilang menembus jalan samping sawah kian jauh. Deru knalpotnya keras sekali. Debu-debu berterbangan.
"Dasar anak muda!" bentak petani lain.
Ada dua permintaan janji, dalam waktu yang sama. Empat belas Januari, tepat di jam tujuh malam. Itu membuat Yudha terburu-buru melintasi sawah. Mencari jalan tercepat menuju Magelang. Semakin cepat berjumpa, semakin cepat nanti pulang.
***
"Sudah sampai dari tadi, Pak?" tanya seorang siswa.
"Belum ada. Kemana ya, Mas Yudha belum juga datang," jawab Pak Sugeng.
Terdengar suara motor datang. Nampak lelaki dengan helm hitam, lengkap bersama jaketnya turun. Ia tersenyum dan melambaikan tangan ke arah siswa.