Lihat ke Halaman Asli

Yudha Adi Putra

Penulis Tidak Pernah Mati

Sandal

Diperbarui: 4 Januari 2023   15:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sandal

Cerpen Yudha Adi Putra

Semoga kalian percaya, aku memang baru belajar bercerita. Sehari-hari, aku diinjak pemilikku. Namanya Yudha, seorang pemuda dengan kesenangan memelihara burung.

            "Dimana sandal biruku, Porto sudah lama tidak nampak. Aku mau memakainya," teriak Yudha pada suatu pagi. Ia tergesa-gesa mencariku, sandal kesayangannya. Ibunya berteriak juga dari dalam rumah.

            "Kemarin baru kucuci, itu di sebelah teras rumah. Sengaja kujemur di sana, apa sudah kering ? Kalau sudah, bawa masuk juga sandal adikmu itu!" suara itu terdengar keras. Aku memang sedikit basah, hanya terkena embun semalam.

            "Ada yang satu, satunya hilang. Pasti kucing Timeo menggambilnya. Sial, dimana kucing itu?" Yudha menemukanku, tapi tidak dengan bagianku yang lain. Wajah kesalnya mencari kucing dan benar saja, Timeo menggigit bagianku yang lain.

            "Jangan dimakan Timeo, itu bukan makanan!" tak kusangka, Yudha melempar diriku. Aku terjatuh tepat di depan Timeo, memang Yudha tidak akan membiarkan kucing kesayangannya terkena lemparan sandal, apalagi dirinya sendiri yang melempar.

            Aku sudah lama bersama Yudha. Melewati banyak perjalanan. Pernah dibawa ke sawah hingga taliku hampir putus. Tak jarang, aku cukup keren untuk dibawa ke gereja. Mungkin, Yudha agak malu ketika membawaku ke pesta. Jadi, aku tak pernah ikut ke pesta. Hanya saja, pagi ini Yudha sepertinya tak seperti hari biasanya. Kelaparan sepertinya, semalaman menulis tanpa henti. Impiannya memang menjadi penulis, banyak waktu untuk membaca dan menulis. Aku merasa maklum, kalau sandal sepertiku tidak diperhatikannya. Tapi, aku tahu kebiasaannya, bahkan ketika marah karena makanan tidak ada. Persis seperti pagi ini.

            "Aku mau beli makanan dulu," pamit Yudha pada ibunya. Sepertinya, Ibunya Yudha tidak masak. Aku bisa mencium aroma sedap masakkan kalau ibunya Yudha masak. Keluarga ini memiliki enam sendal, semua digunakan bergantian. Hanya aku saja, sandal paling sering digunakan, mungkin karena bentukku keren dan aku awet melindungi kaki.

***

            "Motor sudah mau habis bensin. Tapi, tidak ada yang mengisi. Kalau penuh, semua berlomba-lomba menggunakan. Giliran mau dipakai seperti ini, malah diam. Mana tidak ada makanan," keluh Yudha sambil merapikan sandalnya. Asyik, aku mau diajak jalan-jalan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline