Lihat ke Halaman Asli

Yudha Adi Putra

Penulis Tidak Pernah Mati

Setelah Hujan Reda

Diperbarui: 20 Desember 2022   16:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Setelah Hujan Reda

Cerpen Yudha Adi Putra

"Hujannya deras sekali. Ini mengerikan," kata Bu Tum.

            "Bagaimana dengan jemuran di samping rumah?," tanya Pak Udin. Mereka saling menatap di ruang tamu. Terdengar sesekali gemuruh dan kilat berkilauan. Baru saja hujan turun di desa itu.

            "Risna, jemurannya sudah kamu ambil ?" tanya Bu Tum pada anaknya.

            Tak ada jawaban. Anak perempuan itu menutup pintu kamarnya. Entah apa yang dilakukan, mungkin tidur karena lelah semalaman mengerjakan tugas kuliahnya.

            "Ya, ampun. Jemurannya basah semua. Kenapa tidak ada yang mengambil?" kata Bu Tum mulai kesal sambil meraih payung. Ia menerobos hujan dan memunguti jemuran satu persatu.

            "Sudah baik aku mau mengingatkan," ucap Pak Udin sambil mengecek jadwal ronda dan arisan RT nanti malam.

            "Kalau tahu ya diambil, memangnya harus aku yang ambil?" keluh Bu Tum.

            "Kau tidak lihat, aku baru saja pulang. Risna dimana, kenapa dia juga tidak ambil jemuran itu?"

            "Masih tidur, persis malasnya dengan bapaknya," kata Bu Tum pada lelaki yang dinikahinya puluhan tahun lalu itu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline