Lihat ke Halaman Asli

Yudha Adi Putra

Penulis Tidak Pernah Mati

Boleh Saya Tuliskan?

Diperbarui: 10 Desember 2022   16:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Boleh Saya Tuliskan ?

Cerpen Yudha Adi Putra

                Belum sempat burung peliharaannya dimandikan, Yudha sudah pergi ke SAMSAT. Hari Sabtu ini adalah hari yang sudah ditetapkan sesuai surat keterangan, bahwa Yudha harus ke loket 3 bagian BPKB. Motornya, Appa akan balik nama. Appa memang dibelinya sejak tahun 2019, tapi baru sempat diurus bali namanya pada tahun ini.

                "Aku belum sarapan, makan apa ya. Kalau soto bosan, pengen coba yang lain," Yudha berkata sambil mengendarai Appa.

                Sampai di daerah Pasar Sleman, Yudha berhenti. Pandangannya tertuju pada kios penjual burung, ternyata ada stok burung baru. Tentu Yudha ingin membeli. Uangnya yang terbatas membuatnya mengurungkan niatnya. Tiba-tiba, ada pesan di Hpnya.

                "Ada gudeg mbarek lho di Sleman. Itu di dekat Pasar Sleman. Rasanya enak, tidak terlalu pedas," pesan itu dibacanya perlahan

                Yudha tentu mau mencoba, apalagi ia belum pernah makan gudeg. Ia makan gudeg kalau dapat gudeg dari konsumsi kegiatan yang diikutinya, kalau tidak dapat ya tidak makan.

***

                Setibanya di depan tempat berjualan gudeg, Yudha menatap sekeliling. Waktu masih pagi, tapi jalanan sudah ramai. Ada anak sekolah, ibu-ibu yang mau belanja, dan yang paling menarik perhatian Yudha adalah gudheg mbarek di depannya.

                "Gudeg satu, Bu. Lauknya pakai telur saja," Yudha mulai memesan.

                Tak lama, pesanannya siap dan Yudha melanjutkan perjalanan ke SAMSAT Sleman. SAMSAT Sleman memang dekat dari tempat berjualan gudeg, tidak hanya itu. Ada banyak hal yang menarik perhatian ketika di SAMSAT. Ada banyak orang mulai berubah menjadi ramah. Laki-laki bertopi umbu menawarkan Yudha pajak, pemuda berjaket biru mengambilkan karcis, dan lelaki tua dengan rokoknya menunjukkan tempat dimana Yudha harus menggurus suratnya. Semua itu gratis.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline