Lihat ke Halaman Asli

Huzer Apriansyah

Pada suatu hari yang tak biasa

Empat Kali Gagal Kuliah, di Bawah Ombak Ia Ingin Wisuda

Diperbarui: 25 Juni 2015   20:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13267563001143521163

[caption id="attachment_156051" align="aligncenter" width="650" caption="Ombak Pantai Carita/doc@huzera"][/caption] Rinai hujan yang baru saja dibawa angin Barat masih meninggalkan noktah di pasir putih Pantai Carita, Anyer. Ombak yang susul menyusul bergemuruh, hawa dinginpun menusuk dalam. Tapi, itu semua tak menghalangi anak-anak muda itu barlari-lari kecil di bibir pantai, bertelanjang dada pula. Anak-anak muda itu adalah jago-jago surfing local. Mereka berlatih menaklukkan ombak hampir tiap hari. Sebagian mereka taklah sempat mengenyam bangku sekolah menengah atas. Namun, asah dan mimpi mereka tak pernah mati. Berkat bimbingan seorang pemuda yang empat kali gagal di bangku kuliah, surfer-surfer muda itu pun memiliki penghasilan tetap dari jasa mereka sebagai pemandu wisata. Adalah Thom, anak muda kelahiran Serang 27 Juli 1983 yang menjadi inspirator bagi banyak anak muda di seputaran Pantai Carita untuk mengembangkan diri menjadi pemandu wisata. Ketekunan Thom mengajarkan bahasa Inggris, dan tips dalam memandu para wisatawan telah membuat banyak anak muda disini, kini memiliki kemampuan pemandu wisata yang sangat baik. Tak heran banyak di antara mereka yang direkrut perusahaan besar tour and travel. 4 Kali Gagal Kuliah, 4 Bahasa Dikuasai Thom, sosok ramah dengan senyum yang selalu mengembang itu tampak begitu dekat dengan anak-anak muda disini. Siapa nyana dibalik wajah ramah itu, ia menyimpan seratus satu kisah perjuangan yang tak mudah. Empat kali ia gagal di bangku kuliah, keluarga dan teman-teman yang memandang sebelah mata pilihan hidupnya serta kesulitan finansial menjadi senarai sejarah hidup yang membuatnya kuat dan berbeda. Baginya kuliah bukan segalanya untuk sukses, ia meyakini kerja keras, ketekunan dan kesabaranlah yang bisa menuntun seseorang pada keberhasilan. Bermula pada tahun 2005, ia diterima di jurusan Sastra Inggris UI, namun ia akhirnya menolak kuliah, karena impiannya adalah kuliah di Sastra Perancis. Baginya nama besar kampus bukanlah segalanya, tetapi minat dan kecintaanlah yang perlu diperjuangkan. Akhirnya ia memilih masuk jurusan Bahasa Perancis di STBA Bandung. Gagal di STBA, karena merasa stuck di kampus ia hengkang ke IISIP jurusan hubungan internasional. Lagi-lagi ia kecewa dengan kampus akhirnya karena desakan keluarga Thom pinah ke kampus Universitas Islam Nusantara Serang, kampung halamannya sendiri. Tapi apa daya, ia tak nyaman berada di kampus, kuliahnyapun kandas.

[caption id="attachment_156052" align="aligncenter" width="650" caption="Thom, senyum yang tak pernah hilang/doc@huzera"]

13267563872016585308

[/caption] Apakah ia orang kaya gonta-ganti kampus sebanyak itu ? tidak juga, ia membiayai kuliah dari usahanya sendiri sebagai pemandu wisata freelance. Meski tak sempat merengkuh gelar akademik, namun anak muda yang hobi mengenakan topi ini menguasai empat bahasa internasional, fantastis ! Bahasa Inggris, Perancis Spanyol dan Jerman ia kuasai. Hampir kesemua itu ia kuasai dengan cara belajar ototidak, bukan di bangku sekolah. Petualangannya bertahun-tahun di Jalan Jaksa, sebagai pemadu wisata dan ketekunan belajar lewat lagu dan buku membuatnya bisalah disebut salah satu pemandu wisata dengan penguasaan bahasa terbanyak. Tak hanya empat bahasa tersebut, Bahasa Italipun sedikit-sedikit ia kuasai. Tapi bisalah disebut empat bahasa pertama tadilah yang menjadi keahliannya. Pergi meninggalkan kampus, bukan tanpa alasan. Thom merasa kampus justru memenjara kreatifitas dan keliarannya berpikir, disamping itu waktu menjadi banyak terbuang di kampus, itu menurutnya. Di sisi lain, pilihannya mengembangakn sebuah sociopreneur (kewirausahawanan social) berbasis komunitas memantapkan hatinya untuk meninggalkan kampus dan secara total mengabdikan diri bagi upaya merajut mimpinya. Apa impiannya ? Ia sangat ingin melihat anak-anak muda di sekitar Pantai Carita yang kebanyakan terbelit kesulitan ekonomi dan dalam fase mencari identitas diri itu menjadi pemandu wisata profesional. Mampu memberikan pelayan yang baik pada wisatawan, memperkenalkan nilai local sekaligus mampu membuat para pelancong betah berlama-lama di nusantara. Ia ingin membuka sebanyak mungkin kesempatan berkarya bagi anak-anak muda nusantara. Saat ini ia memiliki empat kelompok pemandu wisata yang tengah dibina. Keempat itu berbasis di Anyer, Bandung, Jogja dan Jakarta. Tak kurang dari limapuluh anak muda bergabung dalam community based entrepreneur tersebut. *** Sungguh tak mudah menemukan anak muda seperti Thom, yang memilih jalan sunyi yang jarang terpikir oleh anak-anak muda di negeri kita ini. Sebagia besar kita berjibaku memperebutkan kursi yang disediakan perusahaan atau instansi pemerintah. Thom, berpikir lain, ia memilih jalan mekar bersama anak-anak muda kampung yang nasibnya dilupakan Negara. Meski perjuangan untuk itu tak mudah, tapi anak muda ramah itu tak pernah menyerah. Kini Thom, bersama lebih dari lima puluh anak muda itu tengah membangun sebuah tour and travel yang mereka namai “Krakatau”, mereka berharap bisnis mereka bisa benar-benar berbasis komunitas, dimana nilai-nilai sosial dan pemberdayaan menjadi “trademark” mereka. Bukan unit bisnis yang eksploitatif dan profit oriented semata. Thom, sepertinya bukan anak muda kebanyakan, yang memilih mall sebagai tempat mangkal. Ia justru menepi di ujung barat pulau Jawa, menemani anak-anak muda yang dilupakan Negara menjemput impian mereka. Tak peduli sakitnya dikucilkan keluarga dan dilupakan teman-teman sepermainan, karena pilihan hidupnya yang tak biasa, Thom tak lantas rapuh. Justru hal-hal semacam itulah yang menguatkan hatinya, bahwa suata saat kelak ia akan membuktikan, tak harus kuliah untuk menjadi orang yang berguna bagi sesama, layaknya Steve Jobs dan Bob Sadino, dua tokoh yang merupakan sumber inspirasinya. Thom, yakin kelak di bawah gelombang pantai Barat Jawa inilah ia akan diwisuda, diwisuda karena karya bersama komunitas bukan karena keangkuhan bernama menara gading kampus.

[caption id="attachment_156053" align="aligncenter" width="650" caption="Anak-anak muda binaan Thom.doc@huzera"]

1326756463873560315

[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline